Friday, 3 August 2012

Perjalanan Panjang Menuju Daerah Istimewa JOGJAKARTA


Matahari pagi mulai menampakkan wajahnya di basecamp pendaki Selo. Semalam kami tidur di basecamp pendaki milik kang Bari yang berada di jalur pendakian Gunung Merbabu lewat jalur selo Boyolali Jawa Tengah. Kang Udin bangun terlebih dahulu di susul saya, Aris, Rookie dan kemudian Bashori. Ketika saya keluar bersama Aris dan Kang Udin kami langsung di suguhi pemandangan sunrise yang sangat indah di kejauhan juga Nampak Gunung Lawu yang menampakan keindahannya bersamaan dengan matahari terbit sungguh pemandangan yang indah. Di sisi yang lain saya bisa melihat kemegahan Gunung Merapi yang tampak sangat dekat sekali. Maklum jarak antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu memang dekat. Dengan nada bercanda kang Udin mengajak saya untuk langsung mendaki Gunung Merapi tersebut. Saya hanya bisa menjawab apa bang serius mau ngajakin saya ke Merapi langsung, tidak kah anda tahu kalau sandal kesayangan saya rusak heheh padahal alasan sebenarnya adalah karena kondisi fisik yang tidak lagi memadai bung.
Gunung Lawu dari Kejauhan



Bascamp Pendaki "kang Bari"


 Turun dari basecamp kami di suguhi pemandangan indah khas desa. Kami beberapa kali melewati penduduk yang sedang mencuci hasil kebun mereka. Mereka pun dengan baik hati menawarkan wortel hasil dari kebun mereka. Aris dan Rookie rupanya sangat menggemari wortel segar yang mentah tersebut (membayangkannya saja sudah membuat saya eneg maklum saya tidak suka wortel mentah). Rencananya kami langsung menuju new selo dan di lanjutkan dengan naik bis dari sana tapi apa mau di kata kami ternyata salah mengambil jalan . Oke lah Fine kita kan rombongan Bonek yang siap dalam kondisi apa pun heheh setelah “nampang” sebentar di pinggir jalan akhirnya ada sebuah pick up pembawa sayur dan dengan cekatan kami langsung menghadangnya dan alhamdulliallah  usaha kami tidak sia-sia hehe. Berada di atas pick up dengan pamandangan yang indah tentu sebuah bonus buat kami. Dengan latar belakang daerah pegunungan kami sangat menikmati tumpangan gratis tersebut.
Latar Belakang G.Merapi

Petani Wortel


Sesampainya di pertigaan gardu pandang Ketep kami turun karena pick up tersebut akan belok kanan dan akan ke arah solo. Perjalanan di lanjutkan dengan jalan kaki. Walaupun agak lama jalan kaki tapi hal ini bukan masalah besar buat kami karena track yang di hadapi bukan jalan menanjak seperti di gunung jadi kami sudah terbiasa dengan ritual berjalan kaki. Tidak berselang lama ada sebuah truk dan untuk kedua kalinya kami berhasil menghadang truk tersebut. Rupanya truk ini habis mengambil pasir itu terbukti dengan banyaknya sisa pasir yang menempel di bak truk ini. Sampai di tempat pengambilan pasir kami harus turun lagi dan berjalan kaki lagi tentunya. Rupanya tuhan terlalu sayang kepada kami karena kita tidak di biarkan berjalan terlalu lama. Dari kejauhan sudah Nampak bahwa ada pick up  dan tentu kami langsung bersyukur hehe. 
Di perjalanan kali ini sedikit di iringi dengan “curhat” seorang Bashori yang dulu ketika masih SMP pernah di tangkap polisi karena melempar kaca truk  bersama gerombolannya. Menurut ceritanya sebenarnya di tidak tertangkap tapi karena rasa setia kawannya maka dia menemani temannya yang tertangakap sebelum akhirnya di tebus oleh keluarganya (sorry kawan saya harus menyampaikan fakta apa adanya hahah). Setelah sekian lama perjalanan kami di iringi dengan “nggandol” akhirnya kami tiba di pertigaan (saya lupa daerah apa tapi yang jelas kalau ke arah kanan akan menuju candi Borobudur) kami berhenti di situ. Kami akan melanjutkan menuju Jogjakarta dan kang Udin akan kembali menuju Magelang jadi kami harus berpisah (terima kasih atas jasa-jasa mu kang) terlihat Rookie sampai meneteskan air mata sedihnya untuk perpisahan kali ini (heheh just kidding)
Karena tidak memungkinkan lagi untuk “nggandol” maka kami putuskan untuk naik bus. Pucuk di cinta ulam pun tiba ada sebuah bus (setelah kami naik baru kami tahu kalau bus tersebut bukan bus umum). Bus tersebut ternyata bus pariwisata yang akan menjemput penumpang mereka ya lumayan lah dengan membayar tetap kita bisa menaiki bus dengan AC dan tempat yang bagus tidak seperti bus umum seperti biasanya. Karena tidak tahu harus di mana maka kami bertanya kepada kenek nya bahwa kami mau ke Malioboro dan ternyata awak bus tersebut pengertian dengan menurunkan kami di depan halte Trans Jogja. Naik Trans Jogja tidak jauh berbeda dengan trans Jakarta sama-sama nyaman sebagai angkutan kota bedanya di sini tidak terlalu padat seperti di Jakarta dan di Jakarta armada busnya pun juga bagus-bagus.
Cheese

Kantor Gubernur
Setelah sampai di Malioboro kami berdiskusi bahawa sebaiknya pesan tiket kereta api dahulu buat besok pulang. Akhirnya kami pun melanjutkan jalan kaki menuju Stasiun Kereta Api Lempuyangan Jogjakarta. Jarak antara Stasiun Lempuyangan dan Malioboro cukup dekat. Sampai di stasiun Lempuyangan kami masih harus menunggu sekitar setengah jam karena ternyata untuk tiket meuju Surabaya baru di buka pukul 01.30 Wib maka jadilah kami seperti gelandangan di stasiun Lempuyangan sambil menunfgu loketnya di buka. Pukul 02.00 Wib akhirnya kami memperoleh tiket menuju Surabaya. Melanjutkan perjalanan berjalan kaki lagi menuju Malioboro. Walaupun dengan langkah yang sudah sedikit lemas dan kami juga harus membawa carrier dengan beban yang masih cukup terasa berat (walaupun tidak seberat ketika waktu kami berangkat) akhirnya kami sampai juga di Icon  kota pelajar tersebut.
Malioboro

Pose dulu yuk
Tidak lupa saya menghubungi teman SMA saya yang kuliah di Jogjakarta yaitu Dimas Ragil yang lebih akrab di panggil Gombes. Walaupun terjadi sedikit kembuletan khas anak muda akhirnya kami bertemu juga di depan benteng Vredeburg (maaf jika terjadi kesalahan penulisan saya tidak terlalu hafal  heheh). Melewatkan sore di Malioboro sambil melihat pengamen jalanan memainkan alat musik andalan mereka sayangnya pengamen di sini terkesan sedikit memaksa dan jumlah mereka yang luar biasa banyak baru saja selesai seorang pengamen menyanyi pengamen yang lain sudah mengantri di belakangnya. Hal ini tentu saja sedikit mengganggu pengunjung.

BNI 46 Jogjakarta


Pasukan Elit Indonesia (Satpol PP)

Saat sedang asik melihat pemandangan sore di Malioboro tiba-tiba para pedagang berhamburan menyelamatkan barang dagangan mereka sendiri-sendiri. Saya pikir hujan bahkan Aris sudah bersiap lari sambil menyelamatkan camera SLR barunya. Tapi ternyata yang datang adalah pasukan elit Indonesia alias Satpol PP hehe. Gombes sempat menolong ibu-ibu pedagang yang sempat menangis. Tapi ada dampak baiknya juga sih bagi para pengunjung karena pemandangan di depan Monumen serangan sebelas Maret jadi lebih bagus hehe tapi dalam hati saya juga kasihan melihat para pedagang yang mencari nafkah untuk keluarganya. Saya jadi membayangkan jika pedagang tersebut adalah saya atau salah satu dari keluarga saya.

Kata-kata Kota Kita

Karena ada turnamen futsal di kampusnya Gombes pulang terlebih dahulu dan saya melanjutkan perjalanan saya mengelilingi Malioboro. Saya dan Rookie juga sempat melihat-lihat Keraton Jogjakarta  tapi sayang sudah tutup karena memang sudah malam. Sepulang dari keraton kami sempat melihat pertunjukan “orang dayak” entah pertunjukan mistis atau apalah namanya saya tidak tahu. Mulai dari pertunjukan Mandau (senjata khas orang Kalimantan) yang di tusuk-tusuk kepada penonton sampai kemasukan roh halus semua ada di sini. Bosan dengan pertunjukan yang seperti itu kami kembali ke Malioboro. Entah siapa yang mempunyai ide dan siapa yang memulai kami bermain tebak lagu (atau lebih tepatnya di sebut dengan menyambung lagu) seperti yang kerap di lakukan oleh pelawak-pelawak kita di televisi. Awalnya semua berjalan cukup tertib dan tidak ada kecurangan di antara kami. Tapi semakin lama jawaban si Rookie saya rasa sudah mulai ngawur tapi dia tidak mengakui kalau dia bermain curang. Sebagai contoh bagaimana mungkin dia menyambung lagu dengan sountrack radio di daerah surabaya mana saya tahu coba. Dalam hati saya berpikir wah pasti si Rookie curang ini. Oke lah dia pikir gue gak bisa melakukannya juga hmmmt tunggu pembalasan saya kisanak. dan saat tiba giliran saya menjawab otak saya mulai buntu dan tiba-tiba eng ing eng saya menjawab asal-asalan perasaan hati penyanyi nya Rita Subowo.  aduh dalam hati berpikir Rita Subowo kan Ketua Umum KONI dia kan mantan atlit dan dia bukan penyanyi wah bakal ketahua nih  tapi kenapa si Bashor dan Rookie diam saja whahaahh ternyata dia tidak tahu kalau saya bohon. Oke lah saya terhindar dari hukuman dan saya mulai suka permainan ini hahahah. Dengan bahasa kami yang terlihat mencolok di antara pengunjung lainnya kami tidak segan mengucapkan kata-kata khas Surabaya. Mungkin pengunjung lain mengira kami sedang bertengkar atau apa lah yang jelas kata-kata jancok, Jamput, dan kawan-kawannya keluar dengan lancar dari kami hahah tapi percayalah tidak ada dendam di antara kami. Rasanya kita bisa tertawa lepas dengan melupakan sejenak semua masalah kita.
Kira-kira pukul 23.00 Wib Gombes tiba dan permainan pun kami hentikan. Karena raya belum sholat Isya’ maka saya mengajak Gombes Mencari Masjid dan saya pun pergi ke Masjid Gede Jogjakarta. Setelah itu sepertinya Gombes kelaparan (kelaparan khas anak kosan saya bisa merasakan penderitaan mu kawan). Akhirnya kami mencari “sego kucing” terlebih dulu. Tapi sego kucing di sini porsinya sangat sedikit di bandingkan dengan di Malang. Karena hari sudah sangat larut saya kembali ke tempat kami berkumpul dan teman-teman juga akhirnya mengajak tidur di stasiun Lempuyangan saja. Gombes dengan senang hati mengantarkan kami menuju stasiun Lempuyangan.
Musisi  Jalanan

Stasiun Lempuyangan
Sesampainya di Lempuyangan wajah Bashori terlihat sangat gelisah ternyata dia takut dengan amukan ayahnnya di rumhnya heheh sabar kisanak kau adalah tranding topic kita dalam perjalanan kita kali ini. Dia mengajak kami untuk tidur di dalam stasiun padahal jelas-jelas stasiun sudah di tutup. Tapi rupanya dia nekat untuk melompati agar dan tidur di dalam tidak berselang lama Aris mencoba menyusul dan mencoba menghibur sahabat sejak kecilnya tersebut. Sedangkan saya, Rookie dan Gombes tetep berada di luar.Karena sudah ngantuk berat Rookie akhirnya tidur dulu sedangkan saya dan Gombes bercerita pengalaman-pengalaman masing-masing. Tentang masa-masa Indah SMA kami dan banyak hal yang tidak bisa saya beberkan di sini tentunya heheh =). Sampai kami tidak merasakan bahwa subuh telah menjelang. Akhirnya Gombes kembali ke Kosannya (terima kasih untuk sambutanya kawan ^_^). Saya sendiri menunggu sampai Kereta yang akan mengantar kami ke kota Surabaya berangkat. Sampai pukul 07.30 kami memulai perjalanan menuju Surabaya dan akhirnya  Kla Project dengan Jogjakarta nya berdendang indah melalui handphone saya mengiringi kepulangan saya ke Surabaya. Jogja Never Ending Asia =).      

No comments:

Post a Comment

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...