Perjalanan Panjang Menuju Daerah Istimewa JOGJAKARTA
Matahari pagi mulai menampakkan wajahnya di basecamp pendaki Selo. Semalam kami tidur di basecamp pendaki milik
kang Bari yang
berada di jalur pendakian Gunung Merbabu lewat jalur selo Boyolali Jawa Tengah.
Kang Udin bangun terlebih dahulu di susul saya, Aris, Rookie dan kemudian
Bashori. Ketika saya keluar bersama Aris dan Kang Udin kami langsung di suguhi
pemandangan sunrise yang sangat indah
di kejauhan juga Nampak Gunung Lawu yang menampakan keindahannya bersamaan
dengan matahari terbit sungguh pemandangan yang indah. Di sisi yang lain saya
bisa melihat kemegahan Gunung Merapi yang tampak sangat dekat sekali. Maklum
jarak antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu memang dekat. Dengan nada
bercanda kang Udin mengajak saya untuk langsung mendaki Gunung Merapi tersebut.
Saya hanya bisa menjawab apa bang serius mau ngajakin saya ke Merapi langsung,
tidak kah anda tahu kalau sandal kesayangan saya rusak heheh padahal alasan
sebenarnya adalah karena kondisi fisik yang tidak lagi memadai bung.
Gunung Lawu dari Kejauhan
Bascamp Pendaki "kang Bari"
Turun dari basecamp kami di suguhi pemandangan indah khas desa. Kami beberapa
kali melewati penduduk yang sedang mencuci hasil kebun mereka. Mereka pun
dengan baik hati menawarkan wortel hasil dari kebun mereka. Aris dan Rookie
rupanya sangat menggemari wortel segar yang mentah tersebut (membayangkannya
saja sudah membuat saya eneg maklum saya tidak suka wortel mentah). Rencananya
kami langsung menuju new selo dan di lanjutkan dengan naik bis dari sana tapi apa mau di kata
kami ternyata salah mengambil jalan . Oke lah Fine kita kan
rombongan Bonek yang siap dalam kondisi apa pun heheh setelah “nampang”
sebentar di pinggir jalan akhirnya ada sebuah pick up pembawa sayur dan dengan
cekatan kami langsung menghadangnya dan alhamdulliallah usaha kami tidak sia-sia hehe. Berada di atas
pick up dengan pamandangan yang indah tentu sebuah bonus buat kami. Dengan
latar belakang daerah pegunungan kami sangat menikmati tumpangan gratis
tersebut.
Latar Belakang G.Merapi
Petani Wortel
Sesampainya di pertigaan gardu pandang Ketep kami turun karena pick up tersebut akan belok kanan dan
akan ke arah solo. Perjalanan di lanjutkan dengan jalan kaki. Walaupun agak
lama jalan kaki tapi hal ini bukan masalah besar buat kami karena track yang di hadapi bukan jalan
menanjak seperti di gunung jadi kami sudah terbiasa dengan ritual berjalan
kaki. Tidak berselang lama ada sebuah truk
dan untuk kedua kalinya kami berhasil menghadang truk tersebut. Rupanya truk ini habis mengambil pasir itu terbukti
dengan banyaknya sisa pasir yang menempel di bak truk ini. Sampai di tempat
pengambilan pasir kami harus turun lagi dan berjalan kaki lagi tentunya.
Rupanya tuhan terlalu sayang kepada kami karena kita tidak di biarkan berjalan
terlalu lama. Dari kejauhan sudah Nampak bahwa ada pick up dan tentu kami
langsung bersyukur hehe.
Di perjalanan kali ini sedikit di iringi dengan “curhat” seorang Bashori
yang dulu ketika masih SMP pernah di tangkap polisi karena melempar kaca truk
bersama gerombolannya. Menurut ceritanya sebenarnya di tidak tertangkap
tapi karena rasa setia kawannya maka dia menemani temannya yang tertangakap
sebelum akhirnya di tebus oleh keluarganya (sorry
kawan saya harus menyampaikan fakta apa adanya hahah). Setelah sekian lama
perjalanan kami di iringi dengan “nggandol”
akhirnya kami tiba di pertigaan (saya lupa daerah apa tapi yang jelas kalau ke
arah kanan akan menuju candi Borobudur) kami
berhenti di situ. Kami akan melanjutkan menuju Jogjakarta dan kang Udin akan kembali menuju
Magelang jadi kami harus berpisah (terima kasih atas jasa-jasa mu kang)
terlihat Rookie sampai meneteskan air mata sedihnya untuk perpisahan kali ini
(heheh just kidding)
Karena tidak memungkinkan lagi untuk “nggandol”
maka kami putuskan untuk naik bus. Pucuk di cinta ulam pun tiba ada sebuah
bus (setelah kami naik baru kami tahu kalau bus tersebut bukan bus umum). Bus
tersebut ternyata bus pariwisata yang akan menjemput penumpang mereka ya
lumayan lah dengan membayar tetap kita bisa menaiki bus dengan AC dan tempat
yang bagus tidak seperti bus umum seperti biasanya. Karena tidak tahu harus di
mana maka kami bertanya kepada kenek nya bahwa kami mau ke Malioboro dan
ternyata awak bus tersebut pengertian dengan menurunkan kami di depan halte
Trans Jogja. Naik Trans Jogja tidak jauh berbeda dengan trans Jakarta
sama-sama nyaman sebagai angkutan kota bedanya
di sini tidak terlalu padat seperti di Jakarta
dan di Jakarta
armada busnya pun juga bagus-bagus.
Cheese
Kantor Gubernur
Setelah sampai di Malioboro kami berdiskusi bahawa sebaiknya pesan tiket
kereta api dahulu buat besok pulang. Akhirnya kami pun melanjutkan jalan kaki
menuju Stasiun Kereta Api Lempuyangan Jogjakarta. Jarak antara Stasiun
Lempuyangan dan Malioboro cukup dekat. Sampai di stasiun Lempuyangan kami masih
harus menunggu sekitar setengah jam karena ternyata untuk tiket meuju Surabaya baru di buka
pukul 01.30 Wib maka jadilah kami seperti gelandangan di stasiun Lempuyangan
sambil menunfgu loketnya di buka. Pukul 02.00 Wib akhirnya kami memperoleh
tiket menuju Surabaya.
Melanjutkan perjalanan berjalan kaki lagi menuju Malioboro. Walaupun dengan
langkah yang sudah sedikit lemas dan kami juga harus membawa carrier dengan beban yang masih cukup
terasa berat (walaupun tidak seberat ketika waktu kami berangkat) akhirnya kami
sampai juga di Iconkota
pelajar tersebut.
Malioboro
Pose dulu yuk
Tidak lupa saya menghubungi teman SMA saya yang kuliah di Jogjakarta yaitu Dimas
Ragil yang lebih akrab di panggil Gombes. Walaupun terjadi sedikit kembuletan
khas anak muda akhirnya kami bertemu juga di depan benteng Vredeburg (maaf jika
terjadi kesalahan penulisan saya tidak terlalu hafal heheh). Melewatkan sore di Malioboro sambil
melihat pengamen jalanan memainkan alat musik andalan mereka sayangnya pengamen
di sini terkesan sedikit memaksa dan jumlah mereka yang luar biasa banyak baru
saja selesai seorang pengamen menyanyi pengamen yang lain sudah mengantri di
belakangnya. Hal ini tentu saja sedikit mengganggu pengunjung.
BNI 46 Jogjakarta
Pasukan Elit Indonesia (Satpol PP)
Saat sedang asik melihat pemandangan sore di Malioboro tiba-tiba para
pedagang berhamburan menyelamatkan barang dagangan mereka sendiri-sendiri. Saya
pikir hujan bahkan Aris sudah bersiap lari sambil menyelamatkan camera SLR barunya. Tapi ternyata yang
datang adalah pasukan elit Indonesia
alias Satpol PP hehe. Gombes sempat menolong ibu-ibu pedagang yang sempat
menangis. Tapi ada dampak baiknya juga sih bagi para pengunjung karena
pemandangan di depan Monumen serangan sebelas Maret jadi lebih bagus hehe tapi
dalam hati saya juga kasihan melihat para pedagang yang mencari nafkah untuk
keluarganya. Saya jadi membayangkan jika pedagang tersebut adalah saya atau
salah satu dari keluarga saya.
Kata-kata Kota Kita
Karena ada turnamen futsal di kampusnya Gombes pulang terlebih dahulu dan
saya melanjutkan perjalanan saya mengelilingi Malioboro. Saya dan Rookie juga
sempat melihat-lihat Keraton Jogjakarta
tapi sayang sudah tutup karena memang sudah malam. Sepulang dari keraton
kami sempat melihat pertunjukan “orang dayak” entah pertunjukan mistis atau
apalah namanya saya tidak tahu. Mulai dari pertunjukan Mandau (senjata khas
orang Kalimantan) yang di tusuk-tusuk kepada
penonton sampai kemasukan roh halus semua ada di sini. Bosan dengan pertunjukan
yang seperti itu kami kembali ke Malioboro. Entah siapa yang mempunyai ide dan
siapa yang memulai kami bermain tebak lagu (atau lebih tepatnya di sebut dengan
menyambung lagu) seperti yang kerap di lakukan oleh pelawak-pelawak kita di televisi. Awalnya semua berjalan cukup tertib dan tidak ada kecurangan di antara kami. Tapi semakin lama jawaban si Rookie saya rasa sudah mulai ngawur tapi dia tidak mengakui kalau dia bermain curang. Sebagai contoh bagaimana mungkin dia menyambung lagu dengan sountrack radio di daerah surabaya mana saya tahu coba. Dalam hati saya berpikir wah pasti si Rookie curang ini. Oke lah dia pikir gue gak bisa melakukannya juga hmmmt tunggu pembalasan saya kisanak. dan saat tiba giliran saya menjawab otak saya mulai buntu dan tiba-tiba eng ing eng saya menjawab asal-asalan perasaan hati penyanyi nya Rita Subowo. aduh dalam hati berpikir Rita Subowo kan Ketua Umum KONI dia kan mantan atlit dan dia bukan penyanyi wah bakal ketahua nih tapi kenapa si Bashor dan Rookie diam saja whahaahh ternyata dia tidak tahu kalau saya bohon. Oke lah saya terhindar dari hukuman dan saya mulai suka permainan ini hahahah. Dengan bahasa kami yang terlihat mencolok di antara
pengunjung lainnya kami tidak segan mengucapkan kata-kata khas Surabaya. Mungkin pengunjung lain mengira
kami sedang bertengkar atau apa lah yang jelas kata-kata jancok, Jamput, dan
kawan-kawannya keluar dengan lancar dari kami hahah tapi percayalah tidak ada
dendam di antara kami. Rasanya kita bisa tertawa lepas dengan melupakan sejenak
semua masalah kita.
Kira-kira pukul 23.00 Wib Gombes tiba dan permainan pun kami hentikan.
Karena raya belum sholat Isya’ maka saya mengajak Gombes Mencari Masjid dan
saya pun pergi ke Masjid Gede Jogjakarta. Setelah itu sepertinya Gombes
kelaparan (kelaparan khas anak kosan saya bisa merasakan penderitaan mu kawan).
Akhirnya kami mencari “sego kucing” terlebih dulu. Tapi sego kucing di sini
porsinya sangat sedikit di bandingkan dengan di Malang. Karena hari sudah sangat larut saya
kembali ke tempat kami berkumpul dan teman-teman juga akhirnya mengajak tidur
di stasiun Lempuyangan saja. Gombes dengan senang hati mengantarkan kami menuju
stasiun Lempuyangan.
Musisi Jalanan
Stasiun Lempuyangan
Sesampainya di Lempuyangan wajah Bashori terlihat sangat gelisah ternyata
dia takut dengan amukan ayahnnya di rumhnya heheh sabar kisanak kau adalah tranding topic kita dalam perjalanan
kita kali ini. Dia mengajak kami untuk tidur di dalam stasiun padahal
jelas-jelas stasiun sudah di tutup. Tapi rupanya dia nekat untuk melompati agar
dan tidur di dalam tidak berselang lama Aris mencoba menyusul dan mencoba
menghibur sahabat sejak kecilnya tersebut. Sedangkan saya, Rookie dan Gombes
tetep berada di luar.Karena sudah ngantuk berat Rookie akhirnya tidur dulu
sedangkan saya dan Gombes bercerita pengalaman-pengalaman masing-masing.
Tentang masa-masa Indah SMA kami dan banyak hal yang tidak bisa saya beberkan
di sini tentunya heheh =). Sampai kami tidak merasakan bahwa subuh telah
menjelang. Akhirnya Gombes kembali ke Kosannya (terima kasih untuk sambutanya
kawan ^_^). Saya sendiri menunggu sampai Kereta yang akan mengantar kami ke kotaSurabaya
berangkat. Sampai pukul 07.30 kami memulai perjalanan menuju Surabaya
dan akhirnya Kla Project dengan Jogjakarta nya berdendang indah melalui handphone saya mengiringi kepulangan
saya ke Surabaya.
Jogja Never Ending Asia =).
No comments:
Post a Comment