Monday 28 January 2013

PALAGA (Pecinta Alam SMA Tiga Lumajang)




Palaga adalah organisasi Intra Sekolah SMA Tiga Lumajang. Menurut Mbak Lilik salah satu angkatan perintis yang ikut membidani lahirnya Palaga organisasi ini Di bentuk pada 14 Februari 1998-1999 tangggal itu merupakan awal perjuangan mendirikan Palaga namun karena beberapa hal akhirnya Dies Natalis Palaga di peringati pada tanggal 22 Februari. Palaga didrirkan oleh sekelompok siswa-siswi SMA 3 Lumajang yang peduli dengan kondisi lingkungan dan alam yang secara terus menerus di eksploitasi tanpa adanya timbal balik yang sepadan, Selain juga memiliki kesenangan dan juga hobi yang sama yaitu kegiatan outdoor. Anggota-anggota awal ini di sebut sebagai angkatan perintis yang antara lain terdiri dari Mbak lilik, Angga, Joko, Dimas, kurniawan dkk awal berdiri Organisasi ini di bina oleh bapak agus dan ketua umum di pegang oleh Kurniawan. 

Palaga sendiri seperti layaknya organisasi-organisasi lainnya pasti pernah mengalami sebuah pasang surut dalam perkembangannya. Mulai dari konflik antar anggota, pergantian Pembina, sampai ketidak cocokan dengan pihak sekolah yang terkesan membatasi kegiatan Palaga. Tapi hal itu harus kita syukuri “blessing in disguise” kata kerennya. Jika tidak ada masalah yang menimpa palaga mungkin kita sebagai anggota akan tetap saja tidur, kurang berbuat sesuatu dan biasa-biasa saja. Masalah itulah yang semakin membuat kita dewasa, kompak dan tetap bertahan sampai sekarang.

Bongkar pasang ketua umum dan susunan struktur organisasi menjadi ritual setiap tahun ibarat kayu bakar yang menjadi bahan bakar tungku para anggota yang sudah senior diganti dengan para junior. Hal ini bertujuan untuk memberikan anggota yang lebih junior pengalaman dalam mengelola organisasi karena cepat atau lambat para anggota senior tentu akan lulus dari SMA 3 Lumajang dan tentu saja secara otomatis mereka tidak bisa lagi menjadi pengurus dan akhirnya mereka menjadi anggota luar biasa (ALB). 

Untuk sistem perekrutan anggota sendiri Palaga melakukannya setiap tahun. Sebelum menjadi anggota baru para “calon anggota” palaga di didik dan di gembleng oleh para senior mereka. Para calon anggota baru  di beri ilmu-ilmu dasar dalam melakukan sebuah perjalanan di alam bebas mulai dari navigasi darat, survival  dll. Biasanya di lakukan di hutan jati krasak atau tempat lain menyesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan. Setelah menjalani diklat lapangan para calon anggota baru belum resmi menjadi anggota palaga, mereka harus mengambil scraf palaga di puncak gunung Lemongan (1671 Mdpl). Dalam pengalaman pertama kali mereka mendaki gunung ini tentu mereka tidak berjalan sendiri mereka di damping oleh senior-senior mereka untuk memastikan keselamatan mereka.

Dalam kesehariannya sendiri Palaga menganut Etika yang di sepakati oleh semua Pecinta alam dan di sahkan di ujungpandang pada 24 Januari 1974 dalam Kode Etik Pecinta Alam yaitu :
Ø  Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Ø  Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa Pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa.
Selain kode etik pecinta alam di atas di dalam palaga sangat di tekankan tentang prinsip dasar dalam kegiatan kepetualangan yaitu : Take Nothing but picture, Leave nothing but footprint, Kill Nothing but time. Palaga sendiri mempunyai slogan alam ku, alam mu alam kita semua slogan ini selalu di tanamkan kepada anggota baru untuk mempresentasikan bahwa bumi kita hanya satu dan kita semua wajib menjaga kelestariannya.
Fasilitas yang di miliki oleh Palaga sendiri sekarang terbilang lebih lengkap untuk ukuran kabupaten Lumajang. Sekarang mereka sudah memiliki wall panjat diding sendiri yang berada di lapangan tengah sebelum ini para anggota palaga yang ingin melatih kemampuan mereka harus pergi dulu ke Stadion dan menyewa wall yang berada di stadion semeru Lumajang bersyukurlah bagi para  anggota yang sempat menikmati fasilitas ini rawat dan jagalah wall yang telah di perjuangkan oleh senior-senior kalian terdahulu. Sekian dulu untuk tulisan kali ini semoga bermanfaat

Salam Lestari

Friday 18 January 2013

Tahu Telur Cak Nur




kali ini saya tidak akan bercerita tentang perjalanan atau cerita petualangan dulu, tapi sekarang saya mau membahas tentang salah satu aspek penting dalam menjalani kehidupan terutama bagi anak kos yap saya akan membahas tentang makanan =). Malam itu sekitar pukul setengah Sembilan lebih yah hampir jam Sembilan malam lah tiba-tiba saja saya sangat “ngidam” tahu telur. Sebenarnya sih saya sudah mencoba hampir semua penjual tahu telur di sekitar kos-kosan saya mulai dari yang dari berbentuk rumah makan sampai gerobak biasa. Tapi mungkin saya rasa tahu telur cak nur lah yang menjadi juaranya (masalah selera sih bisa beda ya).
Cak nur sendiri mangkal di sekitar kos-kosan saya sih kalau menurut jadwal jam setengah Sembilan seharusnya sudah stand by di dekat patung singa. Tapi setelah saya sambangi kok belum nongol juga akhirnya saya mengulur waktu sambil mengambil laundry,an teman saya dulu dengan harapan sekembalinya mengambil cucian cak nur sudah datang dan sudah siap di sekitar patung singa. Tapi setelah saya mengambil cucian ternyata cak nur belum juga datang wah saya sempat berpikir kalau cak nur tidak datang tapi gimana nih sudah pengen banget tahu telur nya.

Oke lah kami kembali dulu ke kosan sambil menaruh cucian dan istirahat dulu dan ngobrol dulu sambil menunggu cak nur kalau-kalau saja sudah datang. Teman saya sih bilang kalau cak nur belum stand by di patung singa berarti dia masih jualan di Jl.MT.Haryono sekitar betek sana tapi itu kan lumayan jauh masak iya mau di samperin ke sana. Akhirnya dengan berat hati saya mau beli nasi goreng saja lah. Tapi sebelum itu saya mengajak Evan untuk lewat jalan yang gak biasanya dengan harapan bisa ketemu cak nur (masih berharap). Sekali lagi saya lihat ke arah patung singa tapi tetap saja nihil dia belum datang.
Pergi ke tempat jualan nasi goreng aja deh tapi ketika melewati sebuah gang dari kejauhan saya sempat melihat sebuah gerobak  tahu telur dan rasanya tidak asing bagi saya wahhh ternyata cak nur masih jualan di gang sebelah yang agak jauh dari kosan saya dengan cepat saya langsung menghampirinya =). Akhirnya ketemu juga nih setelah pesan dan menunggu tahu telur saya menyempatkan menginterogasi penjual tahu telur andalan anak kosan daerah ambarawa ini. Saya sempat tanya kenapa dia belum juga nongol di patung singa padahal ini kan sudah jam 9 ehh ternyata dia belum tahu kalau ini sudah jam 9 malam. 

Yang membedakan tahu telur cak nur dengan tahu telur yang lain mungkin bumbunya ya tapi selain itu kalau penjual yang lain selalu menggunakan tahu yang mentah lalu di campur dengan telur tapi tidak dengan tahu telur cak nur sebelum meracik antara tahu dan telurnya dia dia menggoreng terlebih dahulu tahu nya menjadikan cita rasa nya berbeda daripada penjual tahu telur yang lain.
Hari itu sempat hujan sedikit dan saya sempat bertanya gimana nih kalau hujan gak pulang aja dan  dengan enteng dia menjawab lha kalau pulang keluarga saya makan apa  wuiikk jleebb bener juga sih. Oh iya dia juga bercerita kalau hari minggu dia tidak jualan karena hari khusus bersama dengan keluarganya waahh benar-benar sosok orang yang memprioritaskan keluarganya ya harus nya menjadi panutan penjual tahu telur yang lain nih cak Nur =)

Thursday 17 January 2013

Unforgettable Sumbing (Via Desa Mangli Magelang Jawa Tengah ) Part II




Selesai di Php (pemberi harapan palsu) oleh kang udin dkk kami melanjutkan perjalanan melewati segoro bajangan dan segoro winih tapi kang udin dan mbah pathuk tidak ikut bersama kami karena mereka mau menuju puncak lawang terlebih dulu nanti mereka menyusul. Di sini kami melewati padang savanna yang luas dan tebing-tebing di kanan kiri yang sangat indah jalannya pun sudah mulai datar sangat menyenangkan sekali melewati jalanan seperti ini tenang dan sunyi namun indah. Selepas itu kami melewati batu merah dan kami juga melewati bongngkahan batu yang di susun melingkar dan di tengahnya ada kembang-kembang dan seperti sesajian dan ternyata itu adalah makan dari ki makukuhan seorang penyebar agama islam di daerah tersebut kata teman-teman sih di sini ramai kalau sudah tanggal 21 malam bulan puasa banyakorang yang naik Gunung Sumbing untuk menyambangi makam ki makukuhan. 
Savana di Sumbing


Di depan petilasan atau makam ki makukuhan ada kawah gunung sumbing dan bau belerang pun mulai menyengat. Air belerang yang konon mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit banyak terdapat di sini bahkan yang masih mendidih. Kawah di sini sangat asiik lah. Tapi yang membuat saya risau sih sebenarnya saya mulai tadi berpikir ini puncaknya mana sih. Sumpah perjalanan kali ini lebih dari yang saya perkirakan. Saya kira tidak lebih berat dari saat mendaki G.Merbabu kemarin tapi ternyata oh ternyata sangat panjang dan berat pemirsa. Jalanan mulai agak menanjak lagi di depan sudah terhampar segoro wedi hamparan pasir yang menyerupai pantai aneh tapi memang itulah yang terjadi seperti pantai di tengah gunung.
Kawah Sumbing


Kang Udin dkk di Kawah Sumbing

Istirahat Bersama Di Kawah
Air Belerang Yang Mendidih


Karena tenaga kami semua sudah mulai menipis dan ternyata kan udin dkk juga belum yakin yang mana puncak sumbing kami pun memasak makanan dulu. Hari sudah beranjak petang ritual makan sore pun sudah selesai kami berunding menentukan puncak gunung sumbing sesungguhnya (saya sedikit heran karena sejak kemarin saya tidak bertemu dengan pendaki lain). Akhirnya kami yakin bahwa untuk menggapai puncak kami harus melewati tebing curam yang brdiri di hadapan kami agak sedikit gak yakin sih tapi ya sudah lah lewati terus. Alhamdulillah sesuai dengan pwerkiraan kami ternyata itu memang benar puncak G. Sumbing di hadapan kami sudah berdiri gagah G.Sindoro dengan pemandangan langit warna orange yang sangat  menawan. Malam segera turun setelah foto-foto sebentar kami langsung turun praktis hanya sekitar 5 menit kami berada di puncak karena angin yang sudah mulai kencang dan tidak bersahabat di tambah lagi malam sudah menjelang. 
Makam Kiai Makukuhan
Tanjakan Terakhir Menuju Puncak Sumbing
Segoro Wedi
Puncak Sumbing
Di tengah perjalanan turun kira-kira sekitar tanah putih  mbah pathuk tiba-tiba mengalami sakit tapi kok gejalanya seperti orang kesurupan ya. Ternyata dia alergi terhadap sarden yang kami masak tadi. Dia menggelepar tak berdaya (agak alay bahasanya) tapi emang kenyataanya kayak gitu sih. Di temani kang udin mbah pathuk semakin menjadi-jadi dan celakanya di kotak obat gak ada obat buat alergi. Kasihan nih mbah pathuk. Atas instruksi kang udin kami di suruh turun dulu tadi sih rencananya kita mau camp di pos dua tapi lupakan rencana itu kisanak keadaan sudah darurat akhirnya kita camp di watu kotak camping ground yang paling dekat dengan kami saat itu.karena agak tergesa-gesa dan tidak hati-hati berakibat saya terjatuh tengkurap dan akhirnya senter kesayangan saya pecah hiks-hiks. 
Puncak G. Sindoro dari puncak Sumbing

Puncak G.Sindoro Lagi

Sesampainya di watu kotak kami langsung mencari spot yang enak buat camp tapi yang ada Cuma cukup buat dua tenda saja yah dengan terpaksa kami harus berdesak-desakan dengan di dua tenda yang ada bahkan mas yonno harus tidur di luar tenda. Tidak ada hal khusus yang kami lakukan setelah makan kami malah tidur karena rasa lelah yang luar biasa. Saat sedang enak tidur sekitar jam 12 cover yang melindungi tenda kami tiba-tiba lepas dan anginnya seeeer dingin banget. Dengan terpaksa saya dan khoirul keluar tenda untuk memperbaikinya.
Sunset
2 Desember 2012
Karena dingin yang amat sangat saya tidak dapat tidur dengan nyenyak semalam entah dengan teman-teman yang lain. Sleeping bag yang saya pinjam dari si Rookie tidak mampu menahan hawa dingin yang  rasa nya menyiksa (kalau tau dinginnya kayak gini mah saya bawa sleeping bag karimor kesayanagan saya sendiri) tapi tetep terima kasih lah buat si Rookie =). Pagi ini begitu cerah terlihat gunung sumbing di hadapan kami dengan sedikit awan tipis yang menyelimutinya. Sesuai rencana pagi ini kami akan turun gunung. Sebelum turun untuk mengisi kembali tenaga yang telah habis kami masak besar kali ini dan menu utamanya adalah ayam goring. Sekarang yang menjadi masalah bukan cuaca atau tidak ketemu jalur lagi tapi karena air yang kami bawa sudah habis tinggal setengah botol dan itu harus di bagi menjadi Sembilan orang. Praktis pagi itu kami hanya minum segelas teh dan itu pun di bagi rata. Tapi yaah itulah naik gunung susah senang bersama. 
Camping Ground Watu Kotak
Usai makan pagi dan packing semua barang kami langsung turun pasar watu lalu peken setan (pasar setan). Turun kami sangat jarang istirahat selain karena jalanan yang turun kami juga sangat kehausan jadi terus turun sampai ketemu mata air pokoknya. Sampai di pos 2 kang udin membuka nata de coco yang dia bawa cukuplah untuk mengobati sedikit dahaga kami walaupun kurang puas seperti kalau kita minum air. Di bawah pos dua kami menemukan sungai kecil yang lumayan jernih airnya. Tanpa pikir panjang saya langsung mengisi botol air minum saya sampai penuh fyuuhh leganya. Sampai akhirnya kami sampai di desa butuh kec. Kejajar kab. Wonosobo 
Pos Perijinan
Sekret salah satu Mapala di Wonosobo
Berikut adalah Rute yang kami lewati selama Pendakian
Start : Desa Mangli ==> Alas Ruwet ==> pos dua ==>  puntuk ==> pertigaan sereal ==> Pertigaan butuh/pos tiga ==> ereng-ereng putih ==> Gerbang angin ==> segoro banjaran ==> Segoro winih ==>  batu merah ==> petilasan / makam ki makukuhan ==> kawah==> Segoro wedi ==> puncak buntuk ==> tanah putih ==> watu kotak ==> pasar Watu ==> pasar setan ==> pos 2 ==>  pos 1==>  Garung
*catatan : kami memulai perjalanan pendakian kali ini lewat jalur mangli kec. Kaliangkrik Kabupaten Magelang dan finis di dusun garung desa butuh kecamatan kejajar kabupaten Wonosobo.
*anggota tim : Fery puji, Aris Daeng , Bashori, Hendrik, Khoirul, Mbah Pathuk, Kang Udin, Mas Yonno, Kampling (nama di sesuaikan dengan panggilan saat pendakian)

Wednesday 9 January 2013

Unforgettable Sumbing (Via Desa Mangli Magelang Jawa Tengah ) Part I




30 November 2012
Setelah menurunkan Carrier-carrier besar  kami dari  Bus Sumber Kencono yang membawa kami dari Surabaya perlahan  meninggalkan kami di terminal Giwangan Jogjakarta.  Dari terminal Giwangan kami melanjutkan perjalanan menuju magelang naik bis kecil. Sesampainya di Magelang kami istirahat sejenak dan mengisi perut yang sudah mulai keroncongan. Dari terminal magelang kami langsung menuju rumah dan juga di gunakan sebagai toko alat-alat outdoor seorang teman yang berada di magelang. Tidak jauh sih Cuma berjalan sekitar 10 menit dari terminal magelang. Sesampainya di sana kami sudah di sambut kang udin yang memang telah menunggu kami. 
Outlet Magelang Adventure Team

Sore hari dengan menggunakan pick up yang telah di sediakan oleh kang Udin kami berangkat menuju desa mangli Magelang. Sore itu cuaca agak mendung tapi tidak menurunkan hasrat kami ber Sembilan untuk mendaki G. Sumbing Via desa Mangli yang memang jarang di gunakan oleh pendaki lain. Melewati perkampungan penduduk kami selalu di sapa oleh senyum ramah penduduk local yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Kami juga di ingatkan untuk membawa kelapa muda dan gula merah. Karena itu adat dari penduduk local yang lebih mengerti tentang sini jadi kami menurut saja untuk gula merah kami memang sudah membawa tapi untuk kelapa?? Akhirnya kang udin menuju perkampungan penduduk untuk mengambil atau membeli kelapa (saya sendiri kurang paham) karena kami terpecah menjadi dua rombongan rombongan pertama mengambil kelapa dan rombongan kedua meneruskan perjalanan menuju pos satu tempat yang kami sepakati untuk bertemu. Oh iya karena ini bukan jalur resmi pendakian maka tidak ada pos perijinan yang seperti biasanya kalau kita naik gunung. Kami hanya melapor dan meminta ijin sama kepala dusun agar di beri restu dan meminta doa agar selamat sampai tujuan.
Pos 1

Nanjak terus

Di tengah perjlanan menuju pos satu hujan sudah mengguyur yang memaksa kami mempercepat langkah kami menuju pos satu. Sampai di pos satu kami langsung membentangkan fly sheet sambil menunggu rombongan pertama datang. Tidak berapa lama rombongan pertama pun datang sambil menuggu hujan reda kami langsung memasak untuk mengisi perut dan  mengembalikan tenaga kami. Selepas pos satu kami melewati alas ruwet atau jika di terjemahkan  dalam bahasa Indonesia berarti hutan yang ruwet (apa sih bahasa indonesianya ruwet itu hehe) atau di sebut hutan yang membingungkan saja lah dan sesuai namanya memang jalur di sini agak membingungkan karena banyak persimpangan dan semuanya relative sama. 
Nanjak Lagi



Keluar dari alas ruwet kami sampai di pos 2 dan hari sudah petang di sini terdapat sungai kecil dan kami tidak menyia-nyiakannya untuk mengisi botol-botol air minum yang telah berkurang untuk minum dan memasak tadi tapi kita juga harus tetap waspada karena ada banyak lintah di sana. Karena memang dalam tim ini terdapat banyak orang perdebatan di mulai satu pihak menginginkan untuk mendirikan camp di sini mengingat di sini tempatnya baik untuk di jadikan camping ground dan dekat dengan sumber mata air juga. Pihak yang lain menginginkan melanjutkan perjalanan Karena masih jam 7 dan mereka ingin mengejar waktu dan melanjutkan pendakian langsung menuju gunung sindoro. Saya sih tidak mendukung blok manapun lah mau lanjut ayok mau istirahat juga ayok. 
Lafuma Campo

Sunrise


Sarapan
Akhirnya setelah berunding di putuskan untuk melanjutkan perjlanan saja. Tapi yang saya takutkan jika melanjutkan perjalanan sih Cuma satu gak menemukan camping ground yang cukup buat tiga tenda mengingat jalan yang terus menanjak dan jarang sekali kami menemukan jalan yang datar dan bagus untuk mendirikan tenda. Berjalan terus menerus tentu membuat kaki kami pegal dan kebetulan kami menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda walaupun Cuma untuk 2 tenda besar waahh saya dan aris tidur di mana nih akhirnya kami memutuskan untuk membuat sendiri camping ground yang pas di pinggir tebing yang menganga but it’s the challenge itulah tangtangan saat mendaki kan menciptakan kenyamanan kita sendiri hehe. Yah, malam itu kami ngecamp di tempat antah barantah itu, In the middle of nowhere.
1 Desember 2012
Sunrise G.Sumbing

Pagi hari terdengar suara aris yang membangunkan saya untuk melihat sesuatu yang indah dan di tunggu para pendaki yaaa itulah sunrise dengan latar gunung merapai dan merbabu yang berdiri megah dengan pemandangan yang sungguh wooow banget. Setelah sarapan dan packing kami langsung melanjutkan perjalanan melewati puntuk lalu pertigaan sereal setelah melewati pertigaan sereal kami seharusnya melewati pertigaan butuh atau pos tiga tapi karena kata kang udin bisa melewati jalur pintas walaupun jalurnya yang astaghfirullah banget. Waktu serasa berjalan cepat sekali padahal kami berangkat jam 7 pagi dan sekarang sudah hampir jam 12 dan kami masih sampai di ereng-ereng putih. Stamina sudah sangat berkurang dan tanda-tanda puncak pun belum Nampak.

Indahnya
Kang Yonno dan Kang Udin
Isi airnya mbah
Istirahat sejenak
 Mental kami serasa di banting-banting tapi kami tidak semudah itu untuk menyerah setelah istirahat sangat lama kami meneruskan perjalanan kang udin, mas yono dan kampling sudah melesat jauh meningglkan kami dan mereka sampai di satu dataran yang tinggi dan mereka berteriak kepada kami bahwa itu adalah puncaknya. Karena mendengar kata puncak saya sangat bersemangat untuk terus dan terus dan akhirnya kami sampai juga di puncak. Tapi tunggu dulu ternyata itu hanya fatamorgana saja hweeek =( menyebalkan kan pemirsa ternyata itu bukan puncak sumbing. Itu di sebut dengan gerbang angin. Pemandangannya sih emang bagus pake banget. Tapi rasanya badan ini sudah capek sekali kalau harus turun lagi tapi karena panggilan puncak sumbing terasa seperti melambai-lambai penuh godaan ya apa boleh buat semangat tak boleh padam, =)

Bashori

istirahat lagi

Indahnya ciptaan allah

Pohon edelweis



Puncak Gerbang angin




DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...