Wednesday 23 November 2011

Pendakian Sumpah Pemuda Pembuktian Sebuah Tantangan, Cita-cita dan Rasa Sukur Kepada Allah SWT

Gunung Semeru dinamakan dari kata Sumeru yang berarti pusat jagat raya pada kosmologi Hindu atau juga disebut gunung Mahameru. Terletak di Jawa timur di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang. Gunung semeru mempunyai ketinggian 3676 Mdpl yang menjadikan gunung ini gunung berapi tertinggi di pulau jawa. Gunung semeru yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru selalu menyuguhkan tantangan dan keindahan tersendiri bagi para pendaki hal yang menarik lainnya adalah setiap 20 menit sekali gunung semeru selalu mengeluarkan material vulkaniknya. Bagi para pecinta alam di Indonesia mendaki gunung semeru tentu menjadi suatu “kewajiban”. Selain untuk menyaksikan secara langsung kepulan abu yang menyembur dari kawah Jonggring saloko para pendaki juga bisa melihat indahnya sunrise dari Ranukumbolo dan hewan-hewan dan tumbuhan langka yang ada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain elang jawa, ayam hutan merah (gallus gallus), kera ekor panjang (macaca fascicular) dan juga kebun edelweis atau bunga abadi. 
Bunga abadi

Sebagai seorang yang dilahirkan dan tumbuh besar di Lumajang yang secara otomatis membuat saya setiap hari melihat keindahan gunung semeru walaupun dari jarak yang jauh tapi hal itu sudah cukup untuk membuat saya mempunyai obsesi lebih untuk mendaki gunung tertinggi di pulau jawa tersebut. Kesempatan pun datang ketika pada awal oktober 2011 ada seorang teman yang mengabari bahwa akan di adakan upacara sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 2011 di puncak mahameru. Saya pun langsung menyatakan ketertarikan saya untuk ikut dalam tim pendakian tersebut. Rencananya pendakian akan dilakukan mulai tanggal 26-29 oktober 2011. 
Puncak Mahameru di lihat dari sekitar Jambangan

Perjalanan pun di mulai hari Rabu 26 oktober kami sudah lengkap berkumpul di tempat yang sudah ditentukan yaitu di depan pasar Senduro Lumajang. Pendakian ini merupakan peristiwa besar bagi saya di samping ini merupakan pertama kalinya saya mendki gunung semeru saya juga tidak lupa untuk membawa bendera PALAGA (Pecinta Alam SMAN 3 Lumajang). Saya tentu akan merasa sangat bangga bisa mengibarkan bendera Palaga di puncak mahameru (3676 Mdpl). Selain saya yang angkatan 9 ada juga teman saya yang bernama Sisil yang angkatan 10. Dalam pendakian ini kami bergabung bersama dengan Pecinta alam semeru (PAS) Lumajang. Kami berangkat menuju pos perijinan yang berada di Ranupane sekitar pukul 10.00 wib. Perjalanan dari senduro menuju ranupane sendiri memakan waktu sekitar dua setengah jam perjalanan menggunakan truk. Walaupun perjalanan cukup lama tapi pemandangan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru lebih dari cukup untuk mengobati rasa bosan selama perjalanan.
Pukul 12.30 wib kami sampai di pos perijinan Ranupane. Cuaca yang tidak bersahabat sempat membuat pikiran saya tidak enak. Hujan yang turun dengan lebat ketika kami sampai di ranupane. Bahkan ada seorang pendaki yang baru turun dari semeru yang berbicara tentang hujan es yang turun di sekitar Jambangan. Setelah mengurusi surat ijin dan hujan sedikit reda akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Ranukumbolo sebelum menuju puncak mahameru dengan membawa beban berat kami berjalan beriringan. Ditengah perjalanan cuaca kembali tidak bersahabat hujan turun dengan deras dan yang lebih celaka lagi saya lupa tidak membawa rain cover untuk carrier saya. Dengan menggunakan jas hujan saya berusaha menutupi kepala saya dan carrier saya karena di dalamnya ada perlengkapan masak, logistik dan pakaian yang harus jaga agar tetap kering. Berjalan dengan kondisi seperti ini sungguh sangat menyulitkan bagi saya. Setelah bersusah payah akhirnya kami pun tiba di pos 3 dan kami memutuskan untuk istirahat dan menunggu hujan reda.
Sambil menunggu hujan reda saya bercengkrama dengan anggota tim yang lain. Ketika itu ada dua teman saya yang berasal dari Nusa Tenggara bercerita tentang serba-serbi gunung Rinjani dan Tambora yang berada di Nusa Tenggara. Bahkan mereka juga mengajak kami untuk mendaki gunung Tambora yang pada tahun 2012 akan memperingati dua abad meletusnya gunung tersebut. Suasana persahabatan begitu terasa diantara kami dengan di temani beberapa gelas kopi susu kami seakan seperti keluarga sendiri, suasana itulah yang membuat saya senang ketika naik gunung selain pemandangan di alam bebas terasa begitu indah. Walaupun pos tiga begitu sempit dan harus di isi oleh sekitar lima belas orang waktu itu. Tapi hal itu bukanlah masalah bagi kami.
Sesaat kemudian hujan mulai reda dan beberapa diantara kami memilih untuk meneruskan perjalanan menuju ranukumbolo. Saya sendiri memilih untuk tetap istirahat sebentar sambil menunggu tenaga benar-benar pulih. Tidak lama kemudian datang anggota tim yang lain dan diantaranya ada yang sakit. Mungkin karena terlalu lelah dan barang bawaannya yang over quota di tambah lagi hujan deras yang terus mengguyur kami semakin menambah sulit perjalanan dan menguras banyak tenaga tentunya. Setelah hujan reda saya dan beberapa anggota tim yang lain memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ranukumbolo sedangkan beberapa anggota tim yang lain memutuskan membuat tenda dan menginap di pos tiga dan menyusul kami esok hari.
Tepian Ranukumbolo

Pagi yang indah di ranukumbolo dengan pemandangan sunrise yang muncul dari balik bukit selalu membuat siapapun yang melihat sangat senang. Tenaga yang telah pulih setelah semalam beristirahat membuat kami bersemangat untuk melanjutkan perjalanan ini. Perjalanan akan di lanjutkan menuju kalimati . semua anggota tim telah siap untuk melanjutkan perjalanan. Rombongan yang kemarin menginap di pos tiga telah kembali bergabung dengan kami dan teman yang sempat sakit pun telah pulih kembali perjalanan menuju kalimati di rencanakan pukul 11.00 wib.
Istirahat di cemoro kandang
Setelah packing dan berdoa bersama kami melanjutkan perjalanan yang di mulai dengan melewati tanjakan yang terkenal dengan sebutan tanjakan cinta. Ada mitos bahwa jika bisa melewati tanjakan ini dengan carrier penuh dan hanya dengan satu tarikan nafas saja maka keinginan nya akan terkabul. Saya pikir itu hanya angan-angan saja, bahakan dengan tidak membawa carier pun hanya dengan satu tarikan nafas orang akan sulit untuk melewati tanjakan tersebut. Dilanjutkan dengan menyusuri padang savana oro-oro ombo dan istirahat sejenak di cemoro kandang. Di sini kita bisa melihat sisa-sisa kebakaran yang melanda Taman Nasional Bromo Tengger Semeru beberapa minggu yang lalu. Bahkan di beberapa titik api masih terlihat masih menyala.
Pos Kalimati

Rute selanjutnya adalah melingkar melewati gunung jambangan dari sini perjalanan mulai menanjak dan banyak pohon-pohon yang tumbang akibat kebakaran kemarin. Setelah perjalanan kurang lebih empat jam akhirnya kami sampai di kalimati. Ditempat ini kita bisa melihat kebun edelweis atau yang lebih di kenal dengan sebutan bunga abadi yang mempunya luas sekitar 20 ha kebun ini sungguh menampilkan keindahan tersendiri bagi para pendaki. Untuk mengisi persediaan air bersih kita bisa mengambil air di mata air sumbermanik yang jaraknya kira-kira 1km sebelah barat menyusuri kali yang sudah kering. Sumber air ini merupakan yang terdekat sebelum kita menuju kerucut semeru.
Mata air terakhir Sumbermanik
Sekembalinya dari sumbermanik kita mengadakan diskusi kecil tentang perjalanan selanjutnya. Ada dua opsi yang bisa di pilih apakah akan meneruskan perjalanan menuju arcopodo dan mendirikan tenda disana. Dengan resiko hujan yang mengguyur bisa masuk tenda dan juga ancaman badai karena cuaca sedang buruk atau mendirikan tenda di kalimati dengan resiko jam 23.00 kita harus sudah melanjutkan perjalanan menuju puncak. Akhirnya yang dipilih adalah opsi kedua karena resikonya lebih kecil selain itu banyak anggota yang masih terlihat lelah..


Untuk mengisi waktu kami bercerita tentang pengalaman naik gunung dan lain-lain tiba-tiba seorang teman memutar lagu mahameru yang di nyanyikan oleh Dewa 19. lagu yang sangat cocok dengan suasana yang kami alami saat ini. Selanjutnya untuk menjaga kondisi tubuh saya memaksakan untuk tidur. Saat yang di tunggu-tunggu pun tiba pukul 23.00 wib kami semua berkumpul dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendakian. Sedikit arahan dan berdoa bersama menjadi awal perjalanan kami. Gelapnya malam mulai sedikit terang oleh cahaya senter dari para anggota tim. Jalan yang dilalui semakin menanjak beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat. Sekitar arcopodo 2900 Mdpl kami berhenti cukup lama karena harus menunggu anggota rombongan yang masih ada di belakang. Nama arcopodo sendiri berasal dari bahasa jawa arco yang berarti arca podo yang berarti sama. Menurut cerita di sini dulu ada sebuah arca kembar tapi sekarang keberadaanya sudah tidak diketahui lagi. 
Jalan setapak menuju puncak campuran pasir dan batu
Ketinggian 3.300 Mdpl jalan sudah berubah menjadi jalan setapak yang terdiri dari campuran pasir kasar dan batu-batu tajam. Medan bebatuan dan berpasir ditambah dengan tanjakan yang landai sangat menyulitkan bagi saya. Diperlukan tidak hanya fisik yang prima tetapi juga didukung dengan mental yang kuat untuk melewati jalan setapak yang menanjak tersebut. Ditambah lagi samping kanan kiri tubir jurang-jurang yang menganga entah kalau jatuh akan kemana kita. Langkah-langkah sepatu sandal saya menjejak dengan mantap pada tanah berpasir yang mudah runtuh tersebut. Sesekali saya harus jalan merangkak pada tanah. Medan yang lunak menyebabkan beberapa genjotan langkah keatas akan bergerak turun kebawah lagi. Sebaiknya anggota yang berada di bawah harus selalu waspada agar tidak terkena longsoran batu dan material lainnya. Karena longsoran batu dan material tersebut bisa sangat mengancam keselamatan kita.
Sunrise di pinggiran Semeru
Kepulan asap dari kawah Jonggring saloko
Langkah berat dan tarikan nafas yang sudah tinggal separuh menjadi teman baik menuju puncak. Dada seakan berdebar lebih kencang, kerongkongan sudah sangat kering. Saat itu saya hanya membawa satu botol air minum jadi saya harus menghemat persediaan air. Waktu berjalan dengan cepatnya. Saya hanya bisa merasakan indahnya sunrise dari pinggiran puncak semeru karena belum sampai puncak. Akhirnya setelah melewati perjalanan panjang pukul 05.20 wib tanggal 28 oktober 2011 saya melangkahkan kaki ke tanah tertinggi pulau jawa. Perjuangan dan pengorbanan menuju puncak seakan terbayar lunas dengan pemandangan alam yang sangat menakjubkan. Kompleks Pegunungan tengger, gunung Arjuno, gunung Welirang, Gunung Argopuro dll terlihat jelas dari puncak mahameru. Yang paling istimewa adalah ketika kawah Jonggring saloko mengeluarkan material yang membentuk cendawan besar disertai suara dentuman yang sangat keras.
Cemoro Tunggal yang sudah tumbang
Di sini juga terdapat beberapa monument yang di buat untuk menghormati para korban dan pendaki yang hilang dan meninggal di semeru salah satunya adalah monument Soe Hok Gie dan Idhan Dhanvantari Lubis yang meninggal akibat menghirup gas beracun. Sedikit tentang Soe Hok Gie dia merupakan aktivis era 1960-an yang menentang kesewenangan orde lama. Anak muda yang bukan hanya mencintai negerinya tetapi juga mencintai alam seperti kita. Saya sangat terkesan dengan perkataannya bahwa patriotisme tidak dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan sticker yang di tempelkan di jendela mobil saja. Tapi di percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh barulah seseorang bisa menjadi patriot-patriot yang baik. Berikut ini adalah kutipan puisi yang ada di monument yang di buatkan untuk mereka.
Monumen untuk Soe Hok Gie dan Idhan Lubis

Yang mencintai udara jernih
Yang mencintai terbang burung-burung
Yang mencintai keluasan dan kebebasan
Yang mencintai bumi
Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung
Mereka tengadah dan berkata
Kesanalah Soe Hok Gie dan idhan lubis pergi
Kembali ke pangkuan bintang-bintang
Sementara bunga-bunga di negeri ini
Tersebar lagi sementara
Sapu tangan menahan tangis
Sementara Desember menabur tangis
Suasana upacara sumpah pemuda di puncak Semeru

Sekitar satu setengah jam kami berada di puncak sambil menikmati pemandangan alam yang luar biasa akhirnya kami pun turun karena angin mulai berhembus ke arah kami. Dengan tenaga yang mulai habis kami turun dengan langkah gontai .Dibawah cemoro tunggal saya melihat elang jawa sungguh pemandangan yang lengkap. Semeru sebuah legenda tersisa di tanah Jawa.
scraft kebanggaan berkibar di puncak Mahameru

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...