Sunday 7 October 2012

Monumen Kapal Selam Dan Makam Tua Peneleh (Surabaya Bagian II)



                `Setelah dari Tugu Pahlawan kami bingung mau melanjutkan  ke makam tua peneleh dulu atau langsung ke Monumen Kapal Selam. Setelah melalui rapat internal antara saya, aris dan rookie yang cukup berbelit-belit saling lempar argumentasi dan pendapat masing-masing (bagian ini agak di dramatisir sih heheeh) akhirnya kami memutuskan untuk  menyambagi makam tua penele terlebih dahulu. Makam tua peneleh adalah salah satu kawasan asli kota Surabaya. Peneleh berasal dari kata “pilihan” . merupakan sebuah komplek pemakaman yang di bangun tahun 1814 dan menempati areal seluas 4,5 hektar. Di sini  banyak di makam-makam petinggi-petinggi VOC dan jenderal-jenderal  atau makam arsitek jembatan porong. 


                Sebenarnya saya tidak begitu peduli siapa saja yang di makamkan di sini. Yang membuat saya sedikit agak risih adalah ketika lahan yang memiliki nilai sejarah yang bisa di katakana tinggi ini tidak di rawat sama sekali. Bayangkan jika makam tua ini di rawat mungkin akan menjadi destinasi wisata yang menarik dan wajib di kunjungi bagi turis yang mampir ke Surabaya ya di jadikan semacam kota tua lah. Untuk ongkos masuk sebenarnya gratis tapi kita hanya memberi seikhlasnya kepada nenek yang menjaga (atau lebih tepatnya tinggal) di sini.



                Setelah urusan foto-foto dan dokumentasi selesai langsung lanjut ke Monumen kapal selam atau biasa di singkat menjadi monkasel. Yang menarik dari sini tentu kapal selam nya donk hehe masud saya kapal selam di sini bukan hanya replica saja tapi beneran kapal selam asli.  Monkasel sendiri merupakan sebuah monument kapal selam terbesar di asia dan berada di tepi sungai kali mas. Yang di pajang di sini adalah  kapal selam Pasoepati dengan no lambung 410, termasuk tipe SS Whiskey Class, dibuat di Vladi Wostok Rusia pada tahun 1952. Kapal Selam ini berpartisipasi di Angkatan Laut sejak tanggal 29 Januari 1962.

                Setelah kita membeli tiga tiket yang sebelumnya hanya membeli dua tiket saja kami bergegas masuk ke dalam kapal selam. Di pintu masuk kami sudah di sambut dua mbak-mbak pelaut (mereka menggunakan seragam pelaut maksud saya).  Kami melihat-lihat dalam kapal selam dan mbak-mbak tadi sangat perhatian dengan menawarkan dirinya menjadi fotografer dan tentu saja kami menyambut baik tawaran tersebut. Puas mengelilingi kapal selam kami selanjutnya nongkrong di tepian kali mas sambil menunggu pemutaran video tentang kapal selam dan TNI AL. sebenarnya pemandangan di kali mas tidak terlalu jelek walaupun masih ada sedikit sampah yang hanyut. Tapi yang heboh kali ini adalah ternyata masih ada warga kota metropolitan yang buang air besar di sungai wah wah kesenjangan ekonomi banget ya. Kedua teman saya yang memang atraktif dan kreatif tiba-tiba berteriak-teriak “woy mas lek nge*eng ojok ndk kunu” (woy mas kalau BAB jangan di situ) lalu langsung kabur  hahah sontak saja saya tertawa sekeras-kerasnya. Seru juga ya ikut-ikutan seperti itu ah. Jadilah kita bertiga blapan meneriaki orang itu. Untungnya jaraknya sangat jauh ya kalau tidak mungkin kita sudah di kejar-kejar sama orang tersebut karena di anggap mengganggu konsentrasi saat buang air besar haha.
                selesai melihat dokumentasi tentang kapal selam pasopati dan tentang TNI AL kami menuju pusat perbelanjaan (saya lupa namanya) heheh yang jelas di sana kami buk’an mau belanja tapi tujuan utamanya adalah memberikan perawatan kepada handphone kesayangan bung Rookie yang sedang sekarat. Tujuan kedua mungkin sekalian cuci mata ya =). Karena ternyata harus menunggu sampai jam 6 sore maka kami memutuskan untuk berjalan-jalan dulu saja.
                Urusan handphone selesai selanjutnya kita bingung mau kemana lagi ini. Saya pikir sejenak siapa saja teman saya yang ada di kota Surabaya dan akhirnya saya Sms Andina teman saya saat SMA dulu (sebenarnya bukan teman satu SMA sih) lebih tepatnya teman main saat SMA. Dia pun setuju dan kami janjian bertemu di skate park. Karena kami datang lebih dulu kami bingung mau ngapain?? Sedangkan si Aris udah siap dengan SLR nya jadilah saya dan Rookie berdua mendengarkan lagu sewu kuto by didi kempot sambil melihat lampu-lampu kota dan sepertinya Rookie sangat menghayati lagu ini (maklum dia belum bisa move on). Karena saya sudah bisa move on dan saya sudah bosan maka saya mencari acara lain. Dengan gaya seperti atlit parkour saya mulai beraksi di lintasan skate board (mumpung masih sepi kan) hhehe. Tanpa di duga dan tanpa di sangka Rookie juga mengikuti dengan gaya yang lebih ekstrim yaitu melompat dengan gaya gangnam style (maaf Rok).
                Tanpa kami sadari ternyata tingkah laku kami di lihat oleh segerombolan anak daerah situ. Mereka lalu datang menghampiri kami dan berkata “mas ajarono awakdewe parkour” (mereka masih berusia sekitar 10 tahunan heheh) . Lho padahal gaya kami kan gaya tawuran wah sepertinya saya harus menjelaskan kesalahan ini. Begini kawan kami bukan atlit parkour dan saya tidak bisa sama sekali parkour gaya yang tadi pun itu Cuma “kengawuran”  kami saja.
                Sekitar pukul tujuh andin datang bersama temannya bernama mbak Devi. Seperti biasa Rookie dan Aris agak jual mahal dan jaim gitu deh tapi ujung-ujung nya tetep aja malu-malu.in hahah sorry guys. Karena bertemu teman lama saya sedikit nostalgia dan berbagi cerita dengan para teman backpacker agak narsis ini hehe. Selain saebagai backpacker mungkin kami juga membentuk gerombolan pemuda yang belum bisa move on kecuali saya tentu nya karena saya sudah melewati masa-masa move on dengan baik #uhuk-ukuk. Setelah ngobrol panjang lebar kali tinggi akhirnya kami pun pulang. yang terlihat sangat resah siapa lagi kalau bukan Rookie dengan alasan kerja atau mungkin karena sudah kangen dengan dengan Kyko nya entah lah bukan urusan saya juga hehe. Big Thanks guys atas sambutan kalian di kota pahlawan next time backpackeran bareng lagi ya =) salam ransel
               

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...