Sunday 5 August 2012

Gunung Merbabu Via Wekas (Kuponan Magelang) Part III

Pagi hari kami memulai untuk memasak karena nasi kemarin masih sangat banyak (walaupun saya sangat meragukan kualitas masakan nasi tersebut secara yang masak adalah seorang Bashori heheh) kami tidak memasak nasi lagi. Kami hanya memasak mie dan sosis saja. Karena lapar akhirnya saya makan juga nasi mie dan sosis tersebut dan keraguan saya pun akhirnya terbukti kalau nasi tersebut adalah saingan berat dengan nasi “galau” ketika di gunung penanggungan rasanya tidak jauh beda ya sebelas dua belas lah heheh bukannya saya tidak bersyukur tapi sepertinya kita harus belajar memasak nasi sebelum naik gunung. Mungkin karena si Bashor sudah tahu kalau nasinya sedikit ”galau” makannya dia sarapan tidak menggunakan nasi melainkan hanya menggunakan mie rebus dan sosis saja sungguh perbuatan yang kurang terpuji kisanak heheh.
Pos Dua
Selesai sarapan dan packing sekitar pukul 08.00 Wib kami bersiap pergi menuju puncak Gunung Merbabu. Sebelum pergi saya,Aris dan Kang Udin sempat melihat air terjun yang berada di balik jurang. Kami juga mempersiapkan air untuk perjalanan menunju puncak mengingat sumber mata air terakhir hanya berada di pos dua ini. Sedangkan untuk selanjutnya tidak ada sumber mata air sama sekali jadi bisa di bayangkan jika kita kehabisan air maka akan sangt sulit untuk meneruskan perjalanan.
Kang Udin
Berjalan melewati pos 2 jalur mulai terbuka sampai kita bertemu dengan jalur kopeng yang berada di pos watu tulis (ini juga kata Kang Udin sih suntung saya masih mengingatnya heheh). Di sini katanya juga ada heliped tapi mungkin jalur yang kita lewati tidak melawati heliped tersebut. Di tanah yang agak lapang kami istirahat sebentar  dan pemandangan yang terhampar sangat luar biasa di hadapan kami terlihat jelas deretan gunung, mulai gunung Sumbing, Slamet, Sindoro dan di belakang nya ada gunung Ungaran sedangkan di depan dan yang paling Kecil terdapat gunung Andong dan gunung Telomoyo itu juga atas informasi kang Udin hehe
Tower

Melanjutkan perjalanan dan pos 3 pun sudah semakin dekat membuat kami tambah semangat. Melewati tanjakan yang sangat terjal dan jurang di kanan kiri kata Kang Udin ini di namakan jembatan setan kita harus berhati-hati melewati tempat ini salah-salah kita terperosok jatuh nggak lucu kan.  Sedikit lagi dan kita akhirnya sampai di pos 3 raut wajah lega langsung memancar di antara anggota tim heheh. Di situ ternyata juga ada salah satu kawah gunung Merbabu (saya tidak tahu apa nama kawah tersebut saya lupa menanyakannya kepada kang Udin). Walau harus turun dan jelas menguras tenaga tapi sepertinya menyenangkan juga melihat kawah tersebut secara langsung. Kawah tersebut menyemburkan bau belerang yang cukup menyengat tapi kata kang Udin tidak berbahaya kok jadi ya kita tenang-tenang saja. Pemandangan dari sini juga sangat bagus kita bisa melihat kota Boyolali secara langsung.
Kawah
Puas melihat-lihat kami langsung menuju puncak. Entah apa yang ada di pikiran Rookie  tetapi dia langsung tancap gas dan melesat sendirian sedangkan kami santai-santai dulu sambil menikmati pemandangan indah ini. Kami hanya melihat Rookie telah sampai di puncak. Setelah istirahat agak lama kami akhirnya melanjutkan perjalanan. Di depan telah berdiri tegak sebuah bukit terjal  yang curam sebelum mencapai puncak kenteng songo. Kita harus extra hati-hati di sini apalagi ada bagian yang hanya bisa di lewati oleh satu orang itu pun dengan berjalan miring dan tangan kita harus berpegang erat kepada dinding-dinding tebing. Dengan pengorbanan yang sangat keras akhirnya tepat pukul 12.15 Wib kami berhasil mencapai puncak kenteng songo.
Tanjakan Terakhir Sebelum Puncak
Yupp salah satu sesi wajib di sini adalah foto-foto untuk merayakan keberhasilan kita menggapai puncak merbabu. Biarlah si Rookie berada di sebrang puncak dan tidak ikut sesi foto-fotoan yang penting kita tetap eksis dulu. Setelah sesi berfoto ria sudah selesai maka yang menjadi kegiatan selanjutnya adalah acara masak memasak. Moment ini sudah saya tunggu-tunggu karena perut saya sudah dari tadi demo dan berbunyi terus. Setelah masak dan siap saji akhirnya kami pun bisa memanjakan perut kami yang sudah terasa lapar.
Menuju Puncak
Ketika kami sedang menikmati masakan yang sudah kami siapkan tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sudah tua (bukan dukun atau petunggu gunung Merbabu kok) kalau saya lihat dia seorang keturunan cina yang sedang ikut sebuah event internasional yang sedang di adakan di sini. Ternyata dia mau minta tissue basah kepada kami dan rupanya dia ingin Buang air besar tapi tidak membawa persiapan yang memadai. Seperti biasa setelah makan ritual yang kami lakukan adalah menyalakan beberapa mild sebagai penutupan semua anggota tim kecuali saya melakukan hal itu saya sendiri lebih memilih tiduran dengan beralaskan matras.
Foto Bareng
Tiba-tiba saya mendengar suara nesting yang jatuh ternyata orang yang tadi meminta tissue basah tersebut sudah kembali dan berniat mengembalikannya kepada kami tapi karena kurang hati-hati dia menendang nesting saya. Awalnya saya tidak tertarik dengan kedatangan orang tersebut. Rupanya dia sempat melihat anak-anak merokok. Dengan gaya tutur kata khas orang tua dia menasehati kami agar tidak menggunakan barang tersebut lagi. Melihat kata-kata itu saya mulai tertarik dengan kedatangan orang tersebut karena ternyata Bashori tidak setuju dengan pendapat orang tersebut sedangkan saya lihat Rookie dengan hati-hati meletakkan kembali rokok yang baru dinyalakannya (hhaha makannya jangan merokok bung :p )
Puncak Trianggulasi
Dari ceritanya baru kami tau kalau dia juga berasal dari Surabaya. Dia sedikit bercerita tentang kehidupannya. Kalau tidak salah dia memperkenalkan dirinya dengan kalimat seperti ini “aku iki yo wong suroboyo bapakku teko cino ibukku teko jowo” (saya ini juga orang Surabaya ayah saya orang cina dan ibu saya orang jawa) “aku lahir ndk Suroboyo gede ndk Suroboyo misuh ku yoo juancokk” (saya lahir di Surabaya, besarku juga di Surabaya, mengumpat saya juga Juancokk) “aku nggolek duwek yoo ndk suroboyo oleh bojo yo wong suroboyo saiki sng kurang iki aku mek pengen mati ndk suroboyo” (saya mencari uang ya di Surabaya dapat istri juga orang Surabaya dan sekarang yang kurang adalah saya juga ingin mati di Surabaya)
Yu Wa dan Rookie

Setelah itu dia berdebat sengit dengan Bashori tentang bahaya merokok dan lain-lain karena saat itu saya juga tidak merokok maka saya berinisiatif untuk menjadi seorang malaikat yang memberikan wejangan kepada teman-teman saya juga =D. atau lebih tepatnya menjadi kompor yang siap memanaskan suasana perdebatan antara Yu Wa (nama orang cina tersebut) yang anti rokok dan Bashori yang pro rokok. Yang anti rokok bicara bahwa orang yang merokok adalah oaring yang pinpintol atau pintar-pintar tapi tolol dan yang pro rokok berbicara kalau merokok bisa meningkatkan kreativitas dan mereka adalah penyumbang tertesar untuk pajak dan saya hanya menjadi pemanas heheh. Dia sempat berbicara bahwa lebih baik menghamili seorang wanita daripada menjadi seorang perokok lhooooo kokk. Wah wah orang yang aneh pikir saya dalam, hati tentu saja saya tidak setuju dengan pendapatnya kali ini.
Merapi Tampak Dari Jauh

Savana satu

Setelah perdebatan selesai maka kami selanjutnya turun dan kami menyetujui bahwa kami turun melalui jalur selo walaupun agak panjang dan memakan waktu tapi kami ingin pemandangan yang berbeda yang tentu berharap supaya pemandangan lebih indah dari yang tadi. Benar saja setelah turun dari puncak kami sudah di suguhi oleh padang bunga edelweiss turun terus melewati savanna 1 dan savanna 2 kami menuju hutan cukup lebat  dan keluar lagi. Sampai ketika kang udin turun menuju jalan terabasan tapi dia menyuruh kami berjalan terus tentu saja kami bingung karena jalannya juga bercabang saya kira kang udin akan menyusul kami lagi tapi ternyata kang udin telah melesat jauh meninggalkan kami.
Pulang

Masya Allah wes
Hari semakin sore jalan yang kami tempuh juga semakin curam dengan sedikit bercanda saya sempat bilang “wah untung saya memakai sandal Eiger” tapi tidak lama setelah itu saya hampir jatuh dan sandal gunung saya mengeluarkan bunyi kriieeekk  lhooo saya hanya bisa diam tidak berkata apa-apa menyadari bahwa sandal gunung kesayangan saya telah tewas hwaaaa satu pelajaran lagi saya petik tidak boleh sombong sedikit pun. Akhirnya dengan sangat terpaksa saya menggunakan sandal jepit milik Aris. Menggunakan sandal jepit dengan medan yang harus di tempuh sangat sulit telah berhasil membuat kaki saya lecet-lecet parah.
Bascamp Kang Bari
Menjelang malam saya sempat bertanya dalam hati kapan samapinya ini wooyy capekk banget nihh. Jalan mulai agak datar dan dari kejauhan saya sudah bisa melihat kelap-kelip lampu dari perkampungan penduduk yang bertanda bahwa ini sudah semakin dekat. Langkah semakin bersemangat karena tau perkampungan sudah dekat tidak terasa Aris dan Rookie berjalan jauh di belakang sedangkan Kang Udin dan Bashor berada jauh di depan saya sendirian berada di tengah. Tiba-tiba dari kejauhan saya mencium bangi yang sangat wangi dan hal itu cukup membuat bulu kuduk saya berdiri. Oke saya harus tenang agar tidak membuat semuanya panik tapi tiba-tiba saya mendengar Aris berkata “Rok mambune kok wangi” (rok kok bau wangi ya) dan mereka dengan serentak lari sebetulnya saya juga ingin lari hahah tapi saya sudah tidak kuat lari kan sudah sangat capek banget lalu saya mempunyai ide untuk  menghadang mereka “saya berpikir kalau mereka di depan berarti saya di belakang dong” tentu saya tidak mau itu hehehe saya pun semakin mempercepat langkah saya dan alhamdulillah sampai juga di basecamp pendaki dengan selamat sentosa tanpa kekurangan apa pun. 


No comments:

Post a Comment

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...