Pagi hari kami memulai untuk memasak karena nasi kemarin masih sangat
banyak (walaupun saya sangat meragukan kualitas masakan nasi tersebut secara
yang masak adalah seorang Bashori heheh) kami tidak memasak nasi lagi. Kami
hanya memasak mie dan sosis saja. Karena lapar akhirnya saya makan juga nasi
mie dan sosis tersebut dan keraguan saya pun akhirnya terbukti kalau nasi
tersebut adalah saingan berat dengan nasi “galau” ketika di gunung penanggungan
rasanya tidak jauh beda ya sebelas dua belas lah heheh bukannya saya tidak
bersyukur tapi sepertinya kita harus belajar memasak nasi sebelum naik gunung. Mungkin
karena si Bashor sudah tahu kalau nasinya sedikit ”galau” makannya dia sarapan
tidak menggunakan nasi melainkan hanya menggunakan mie rebus dan sosis saja
sungguh perbuatan yang kurang terpuji kisanak heheh.
|
Pos Dua |
Selesai sarapan dan
packing sekitar
pukul 08.00 Wib kami bersiap pergi menuju puncak Gunung Merbabu. Sebelum pergi
saya,Aris dan Kang Udin sempat melihat air terjun yang berada di balik jurang.
Kami juga mempersiapkan air untuk perjalanan menunju puncak mengingat sumber
mata air terakhir hanya berada di pos dua ini. Sedangkan untuk selanjutnya
tidak ada sumber mata air sama sekali jadi bisa di bayangkan jika kita
kehabisan air maka akan sangt sulit untuk meneruskan perjalanan.
|
Kang Udin |
Berjalan melewati pos 2 jalur mulai terbuka sampai kita bertemu dengan
jalur kopeng yang berada di pos watu tulis (ini juga kata Kang Udin sih suntung
saya masih mengingatnya heheh). Di sini katanya juga ada
heliped tapi mungkin jalur yang kita lewati tidak melawati
heliped tersebut. Di tanah yang agak
lapang kami istirahat sebentar dan
pemandangan yang terhampar sangat luar biasa di hadapan kami terlihat jelas
deretan gunung, mulai gunung Sumbing, Slamet, Sindoro dan di belakang nya ada
gunung Ungaran sedangkan di depan dan yang paling Kecil terdapat gunung Andong
dan gunung Telomoyo itu juga atas informasi kang Udin hehe
|
Tower |
Melanjutkan perjalanan dan pos 3 pun sudah semakin dekat membuat kami
tambah semangat. Melewati tanjakan yang sangat terjal dan jurang di kanan kiri
kata Kang Udin ini di namakan jembatan setan kita harus berhati-hati melewati
tempat ini salah-salah kita terperosok jatuh nggak lucu kan. Sedikit
lagi dan kita akhirnya sampai di pos 3 raut wajah lega langsung memancar di
antara anggota tim heheh. Di situ ternyata juga ada salah satu kawah gunung
Merbabu (saya tidak tahu apa nama kawah tersebut saya lupa menanyakannya kepada
kang Udin). Walau harus turun dan jelas menguras tenaga tapi sepertinya menyenangkan
juga melihat kawah tersebut secara langsung. Kawah tersebut menyemburkan bau
belerang yang cukup menyengat tapi kata kang Udin tidak berbahaya kok jadi ya
kita tenang-tenang saja. Pemandangan dari sini juga sangat bagus kita bisa
melihat kota
Boyolali secara langsung.
|
Kawah |
Puas melihat-lihat kami langsung menuju puncak. Entah apa yang ada di
pikiran Rookie tetapi dia langsung
tancap gas dan melesat sendirian sedangkan kami santai-santai dulu sambil
menikmati pemandangan indah ini. Kami hanya melihat Rookie telah sampai di
puncak. Setelah istirahat agak lama kami akhirnya melanjutkan perjalanan. Di
depan telah berdiri tegak sebuah bukit terjal
yang curam sebelum mencapai puncak kenteng songo. Kita harus extra
hati-hati di sini apalagi ada bagian yang hanya bisa di lewati oleh satu orang
itu pun dengan berjalan miring dan tangan kita harus berpegang erat kepada
dinding-dinding tebing. Dengan pengorbanan yang sangat keras akhirnya tepat
pukul 12.15 Wib kami berhasil mencapai puncak kenteng songo.
|
Tanjakan Terakhir Sebelum Puncak |
Yupp salah satu sesi wajib di sini adalah foto-foto untuk merayakan
keberhasilan kita menggapai puncak merbabu. Biarlah si Rookie berada di sebrang
puncak dan tidak ikut sesi foto-fotoan yang penting kita tetap eksis dulu.
Setelah sesi berfoto ria sudah selesai maka yang menjadi kegiatan selanjutnya
adalah acara masak memasak. Moment ini sudah saya tunggu-tunggu karena perut
saya sudah dari tadi demo dan berbunyi terus. Setelah masak dan siap saji
akhirnya kami pun bisa memanjakan perut kami yang sudah terasa lapar.
|
Menuju Puncak |
Ketika kami sedang menikmati masakan yang sudah kami siapkan tiba-tiba
ada seorang laki-laki yang sudah tua (bukan dukun atau petunggu gunung Merbabu
kok) kalau saya lihat dia seorang keturunan cina yang sedang ikut sebuah event
internasional yang sedang di adakan di sini. Ternyata dia mau minta tissue
basah kepada kami dan rupanya dia ingin Buang air besar tapi tidak membawa
persiapan yang memadai. Seperti biasa setelah makan ritual yang kami lakukan
adalah menyalakan beberapa mild sebagai penutupan semua anggota tim kecuali
saya melakukan hal itu saya sendiri lebih memilih tiduran dengan beralaskan
matras.
|
Foto Bareng |
Tiba-tiba saya mendengar suara nesting yang jatuh ternyata orang yang
tadi meminta tissue basah tersebut sudah kembali dan berniat mengembalikannya
kepada kami tapi karena kurang hati-hati dia menendang nesting saya. Awalnya
saya tidak tertarik dengan kedatangan orang tersebut. Rupanya dia sempat
melihat anak-anak merokok. Dengan gaya
tutur kata khas orang tua dia menasehati kami agar tidak menggunakan barang
tersebut lagi. Melihat kata-kata itu saya mulai tertarik dengan kedatangan
orang tersebut karena ternyata Bashori tidak setuju dengan pendapat orang
tersebut sedangkan saya lihat Rookie dengan hati-hati meletakkan kembali rokok
yang baru dinyalakannya (hhaha makannya jangan merokok bung :p )
|
Puncak Trianggulasi |
Dari ceritanya baru kami tau kalau dia juga berasal dari Surabaya. Dia sedikit bercerita tentang
kehidupannya. Kalau tidak salah dia memperkenalkan dirinya dengan kalimat
seperti ini “aku iki yo wong suroboyo bapakku teko cino ibukku teko jowo” (saya
ini juga orang Surabaya ayah saya orang cina dan ibu saya orang jawa) “aku
lahir ndk Suroboyo gede ndk Suroboyo misuh ku yoo juancokk” (saya lahir di
Surabaya, besarku juga di Surabaya, mengumpat saya juga Juancokk) “aku nggolek
duwek yoo ndk suroboyo oleh bojo yo wong suroboyo saiki sng kurang iki aku mek
pengen mati ndk suroboyo” (saya mencari uang ya di Surabaya dapat istri juga
orang Surabaya dan sekarang yang kurang adalah saya juga ingin mati di
Surabaya)
|
Yu Wa dan Rookie |
Setelah itu dia berdebat sengit dengan Bashori tentang bahaya merokok dan
lain-lain karena saat itu saya juga tidak merokok maka saya berinisiatif untuk
menjadi seorang malaikat yang memberikan wejangan kepada teman-teman saya juga
=D. atau lebih tepatnya menjadi kompor yang siap memanaskan suasana perdebatan
antara Yu Wa
(nama orang cina tersebut) yang anti rokok dan Bashori yang pro rokok. Yang
anti rokok bicara bahwa orang yang merokok adalah oaring yang
pinpintol atau pintar-pintar tapi tolol
dan yang pro rokok berbicara kalau merokok bisa meningkatkan kreativitas dan
mereka adalah penyumbang tertesar untuk pajak dan saya hanya menjadi pemanas
heheh. Dia sempat berbicara bahwa lebih baik menghamili seorang wanita daripada
menjadi seorang perokok lhooooo kokk. Wah wah orang yang aneh pikir saya dalam,
hati tentu saja saya tidak setuju dengan pendapatnya kali ini.
|
Merapi Tampak Dari Jauh |
|
Savana satu |
Setelah perdebatan selesai maka kami selanjutnya turun dan kami
menyetujui bahwa kami turun melalui jalur selo walaupun agak panjang dan
memakan waktu tapi kami ingin pemandangan yang berbeda yang tentu berharap
supaya pemandangan lebih indah dari yang tadi. Benar saja setelah turun dari
puncak kami sudah di suguhi oleh padang
bunga
edelweiss turun terus melewati
savanna 1 dan savanna 2 kami menuju hutan cukup lebat dan keluar lagi. Sampai ketika kang udin
turun menuju jalan terabasan tapi dia menyuruh kami berjalan terus tentu saja
kami bingung karena jalannya juga bercabang saya kira kang udin akan menyusul
kami lagi tapi ternyata kang udin telah melesat jauh meninggalkan kami.
|
Pulang |
|
Masya Allah wes |
Hari semakin sore jalan yang kami tempuh juga semakin curam dengan
sedikit bercanda saya sempat bilang “wah untung saya memakai sandal Eiger” tapi
tidak lama setelah itu saya hampir jatuh dan sandal gunung saya mengeluarkan
bunyi kriieeekk lhooo saya hanya bisa
diam tidak berkata apa-apa menyadari bahwa sandal gunung kesayangan saya telah
tewas hwaaaa satu pelajaran lagi saya petik tidak boleh sombong sedikit pun.
Akhirnya dengan sangat terpaksa saya menggunakan sandal jepit milik Aris. Menggunakan
sandal jepit dengan medan
yang harus di tempuh sangat sulit telah berhasil membuat kaki saya lecet-lecet
parah.
|
Bascamp Kang Bari |
Menjelang malam saya sempat bertanya dalam hati kapan samapinya ini wooyy
capekk banget nihh. Jalan mulai agak datar dan dari kejauhan saya sudah bisa
melihat kelap-kelip lampu dari perkampungan penduduk yang bertanda bahwa ini
sudah semakin dekat. Langkah semakin bersemangat karena tau perkampungan sudah
dekat tidak terasa Aris dan Rookie berjalan jauh di belakang sedangkan Kang
Udin dan Bashor berada jauh di depan saya sendirian berada di tengah. Tiba-tiba
dari kejauhan saya mencium bangi yang sangat wangi dan hal itu cukup membuat
bulu kuduk saya berdiri. Oke saya harus tenang agar tidak membuat semuanya panik
tapi tiba-tiba saya mendengar Aris berkata “Rok mambune kok wangi” (rok kok bau
wangi ya) dan mereka dengan serentak lari sebetulnya saya juga ingin lari hahah
tapi saya sudah tidak kuat lari kan sudah sangat capek banget lalu saya mempunyai
ide untuk menghadang mereka “saya
berpikir kalau mereka di depan berarti saya di belakang dong” tentu saya tidak
mau itu hehehe saya pun semakin mempercepat langkah saya dan alhamdulillah
sampai juga di basecamp pendaki dengan selamat sentosa tanpa kekurangan apa
pun.
No comments:
Post a Comment