Friday, 22 November 2013

Surabaya-Ponorogo (Pesona Grebeg Suro dan Festival Reog Ponorogo) Part II


Akhirnya menjelang maghrib kami sampai juga di Alun-alun disana sudah terdapat panggung besar bertuliskan Manunggale Cipto,Roso, Karso agawe rahayuning bumi Reyog Ponorogo di depannya terdapat ratusan kursi dan rupanya jika ingin melihat penutupan grebeg suro dan festival reyog kita tidak perlu berdesak-desakan seperti nonton konser atau kayak di karnaval kirab budaya tadi Alhamdulillah deh kaki udah gempor nih hehe. Ya berdesak-desakan dikit sih tapi Cuma buat beli tiketnya ajaitu pun yang antri tiket si aris hehe. Dengan harga Rp. 5.000 kita sudah bisa duduk manis di kursi kehormatan *gaya banget sih ya padahal duduknya Cuma di kursi biasa di belakang kursi-kursi bagus yang khusus buat tamu undangan dan pejabat situ* yaudah deh gak papa asal bisa lihat reyog dengan tenang. Sementara itu Sobach dan si Dodik masih di belakang tak tau lah nasib kaki nya mungkin juga gempor kayak saya dan Aris.
Manunggale Cipto, Roso, Karso Agawe Rahyuning Bumi Reyog

Reyog 
Walaupun kita udah masuk mulai abis maghrib tapi pertunjukan baru di mulai jam 8 lebih ada yang tau kenapa ?? yeess pejabat dan tamu undangan belum pada datang bro haha. Acara di mulai dengan tari datun, tari datun merupakan tarian adat dayak yang di persembahkan oleh komunikasi paguyuban Balikpapan di ponorogo. Selanjutnya di lanjutkan dengan ekspedisi reog manggolo yudo. Ini nih yang di tunggu tunggu pertunjukkan perdana reog malam ini. Sebenarnya sih saya udah familiar dengan reog dari kecil. Dulu, dulu banget pas kecil di rumah beberapa kali liat reog di balai desa terus juga kalo pas mudik di Trenggalek adik sepupu saya tapi usianya lebih tua dikit selalu cerita tentang reog dan dulu kayaknya dia ikut reog deh maklum ponorogo kan perbatasan sama Trenggalek.
Dadak Merak
Penari Jathilan
Selesai itu ada pengumuman pemenang lomba Reog Nasional, pembawa acara udah ngomong panjang lebar kali tinggi dan hooaaamm ZzzzZzzt tapi saya udah mulai ngantuk pemirsa, tapi rupanya bukan saya saja yang capek pembawa acaranya mungkin juga mulai capek beberapa kali salah sebut antara kabupaten Ponorogo berubah menjadi Kabupaten Probolinggo lhoo jauh banget kan.  Setelah berceramah entah berapa lama akhirnya Kesenian Reog Singmanggolo dari kabupaten Wonogiri keluar jadi juara satu festival reog nasional mengalahkan grup kesenian yang lain bahkan yang asli dari Kabupaten Ponorogo sendiri. Waaah selamat yahh papa bangga sama kalian *sambil nyalamin angotanya satu-satu* :D
Prabu Kelono Sewandono 
Saya kira setelah penutupan grebeg suro dan pengumuman festival reog nasional acara bakal udahan tapi ternyata masih ada lagi cuy hehe. Acara di lanjut dengan Tarian putri bunga dari sanggar tari Ponorogo. After that  ada penampilan Reog lagi waahhh semangat lagi deh kali ini yang tampil adalah Reog Golek Pawon yaitu perpaduan antara reog Ponorogo, Trenggalek, Pacitan dan Wonogiri dan  yang ini Reog nya lebih gede dan lebih banyak cuy maklum yang tadi pas pembukaan yang main dari salah satu SMA di Ponorogo jadi ya di sesuaikan dengan kelasnya mungkin yah Tinju aja ada kelas-kelasnya sendiri masak Reog gak hehe. Nah yang kali ini dadak meraknya (dadak merak itu yang kepala singa dan Merak itu lho) aja ada 4 cuy hebat kan dan Banyak Warok dan Jathilannya Selain itu ada juga tokoh raja Kelono Sewandono yang di dalam cerita Reog Ponorogo Merupakan salah satu Raja Tampan yang ingin melamar Dewi Songgolangit dari kerajaan Kediri tapi dia harus melawan Raja Singobarong yang licik dari kerajaan Lodaya. Yaaahh cerita kali ini adalah menampilkan Asal Mula Reog ponorogo dari versi yang ini *Karena ada berbagai versi asal mula reog Ponorogo salah satunya yang paling terkenal adalah Perlawanan Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit ketika itu yaitu Bhre Kertabumi*.
Reyog Ponorogo
Reyog Ponorogo
Selama pertunjukan entah kenapa saya sangat kagum malam ini, kagum sama semuanya dan terutama sama reog dan penari Jathilannya waaahhh hahah mereka kelihatan sangat seksi gitu lhoo *Untung deh ya penari Jathilannya sekarang udah bener-bener wanita Tulen karena dulu mitosnya mereka yang menari Jathilan adalah seorang Laki-Laki yang lemah gemulai*. Jadi pengen ngambil satu deh buat di bawa pulang #Eaaakk Jediaaarr tiba-tiba petir menyambar. Tapi beneran lho ya malam ini yang nari kelihatan cantik-cantik auranya keluar beneran haseeekkk Plaaakk sadar wwooyy haha. Yaudah kapan-kapan kan bisa cari wanita cantik yang bisa nari apalagi nari Jathilan atau tarian Indonesia deh bukan tari balet atau yang lainnya *kan jadinya jadi Obsesi deh*.
Tokoh Bujang Anom 
Belum ilang kekaguman saya terhadap penari jathilan tadi pertunjukan sudah di lanjut dengan tarian dari mahasiswa dan mahasiswi Unesa dan kali ini ceweknya lebih banyak cuy hahaha sumpah deh malam ini di penuhi cewek cantik euuy :D. dengan iringan music yang cetar membahana badai mereka meliuk-liuk dengan Indahnya menceritakan Dewi Songgolangit kalo gak salah ya hehe agak lupa di bagian ini saya sih.


Penutupan Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional

Foto Bersama Dadak Merak 
Selesai acara di tandai dengan Kembang api yang menandakan penutupan Grebeg suro dan Festival Reog Nasional tersebut. Anak-anak sempat kenalan dengan cewek dan ternyata dia anak FE UM juga *dan setelah itu kadang-kadang saya pernah ketemu dia di kampus tapi udah kayak gak kenal lagi deh hehe*. Entah siapa yang mulai akhirnya kita masuk ke panggung dan foto dengan Dadak Merak yang selesai di pakai tadi. Sempat makan di sekitar alun-alun dan cerita-cerita tentang masalah siang tadi mulai dari sopir angkot yang menyebalkan sampai masalah jalan kaki sampek alun-alun, dan ternyata pemirsa terungkap sudah rahasia kenapa Sobach dan Dodik terlihat lebih segar dan tidak terlalu capek karena ternyata mereka dari pasar pon ke alun-alun naik becak jediaaarrr bumi bergoncang, gunung-gunung meletus *Lebay dikit* kenapa hal itu tidak terpikirkan oleh saya dan aris ahhh sudah lah kita kan backpacker dan  setidaknya kami menikmati karnaval tadi *menghibur diri banget kan*.


3 Serangkai Memburu Reyog 
 Setelah musyawarah rencana untuk menjadi “Gelandangan” di alun-alun akhirnya kami batalkan karena ternyata ada bis yang menuju Surabaya Pukul satu dinihari nanti. Ritual selanjutnya adalah menawar becak untuk mengantarkan kami ke Terminal Seloaji. Kenapa kami memilih becak ?? yak arena emang satu-satunya transportasi yang memungkinkan hanya itu saja hehe masak iya mau jalan kaki enggak deh guys capek. Selama perjalanan saya Tepar maksimal deh bahkan ketika katanya ada pertempuran antar perguruan silat pun saya tidak tahu rugi banget deh ya saya kira itu cumak mitos. Akhirnya pukul 6 pagi kami menginjakkan kaki di bumi medaeng city untuk selanjutnya menjalani rutinitas masing-masing *Ya iyalah masak mau bertukar rutinitas hehe*. Thanks For The Experience guys. :D J

4 comments:

  1. cepet yaa...pasti kesel :| untung ga melu, huahahaa xD tak pikir isuk isuk baru balik, lha kok tengah wengi --"

    ReplyDelete
  2. Kesel sih iya tapi seru sih haha,, rencana sih balik pagi tapi aris dapat info lek onok bis bengi yaudah deh daripada jadi gelandangan mending tidur di bis enaakk

    ReplyDelete
  3. mas bisa punya fto2 pas unesa nari g????

    ReplyDelete

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...