14 November 1012
kami sudah siap dengan semua logistik dan
surat perizinan untuk naik ke Ranukumbolo. Kami sengaja berangkat hari rabu
sore karena paginya kami masih ada kuliah dan harus menunggu Dodik yang baru
berangkat dari Kediri Rabu siang. Setelah Dodik datang kami langsung menuju
rumah kontrakan saudara danang alias kancel untuk selanjutnya pergi ke rumah saya. Dengan tas
carrier besar saya dan kawan-kawan siap menuju lumajang dengan semangat. Karena
jalanan yang macet *maklum long weekend*
dan berhenti sejenak untuk mengisi perut yang sudah berontak karena kelaparan
akhirnya perjalanan yang normalnya sekitar 3 jam harus molor sampai 4 jam tak
apalah yang penting sampai dengan selamat.
15 November 2012
Pagi-pagi sekitar jam 5 setelah
mandi dan sarapan *hasil memasak mie sendiri karena orang rumah sedang ziarah
ke wali limo* sekitar pukul 6 kami sudah siap karena malam hari sebelumnya kami
sudah packing barang yang harus di
bawa. Saya berboncengan dengan Dodik sedangkan kancel boncengan dengan evan.
Langsung cap cuss ke Ranukumbolo. Sebenarnya saya punya niat ke base camp
pecinta alam semeru dulu sih buat tanya pendakian ke semeru di tutu papa tidak
tapi karena sudah terlanjur lewat saya langsung saja josss ke pos Ranupane.
Suasana Ramai Ranupane |
Jalanan yang berbelok dan
meliuk-liuk bukan pekerjaan yang mudah untuk melewatinya butuh keterampilan
menyetir yang handal dan doa yang mujarab. Belum sampai separuh perjalanan kami
lewati tiba-tiba “si biru” milik dodik sudah mulai ngambek. Ngadat, keluar bau
gak sedap dan suara-suara aneh wah wah perasaan sudah mulai resah dan gelisah
kalo gini kuat apa gak nih si biru. Saat
di tanya pemilik motor hanya memandangi dengan miris kondisi “si biru” *Maaf
dik* heheh. Sedangkan “si hitam” milik evan melaju tanpa hambatan yang berarti
(padahal saya sempat khawatir tentang kondisi si hitam yang sering
mengkhawatirkan) *maaf van* tapi terbukti si hitam mampu melewati tanpa
masalah.
Pura Mandara Giri Semeru Agung |
Akhirnya
dengan bantuan bulan kami pun sampai ke pos Ranupane. Suasana di pos Ranupane
sangat woooww pake banget. Suasana desa yang biasanya sepi dan penuh kedamaian
tiba-tiba berubah seperti layaknya ada konser lady gaga. Sebenarnya saya sudah
mengetahui perihal adanya jambore yang di adakah oleh salah satu produsen
alat-alat outdor ternama itu yang mengundang kontroversi karena jumlah
pesertanya yang mencapai 1700-an lebih. Tidak saya sangka akan benar-benar jadi
tuh jambore. Kalo sebegini banyak pesertanya bagaimana nih nasib ekosistem di
TNBTS apa gak bakalan rusak pake banget. Apa bedanya sekarang hutan yang dulu
sepi penuh kedamaian dengan mall yang ramai penuh sesak dengan orang-orang.
Padahal kapasitas yang di perbolehkan oleh pihak TNBTS hanya sampai 600 orang
per hari. Entahlah kenapa izinnya bisa keluar (semoga saat ini TNBTS masih
baik-baik saja amin). Untuk sementara saya hanya bisa bengong melihat banyaknya
orang di sana.
Ranu Klakah |
Setelah
lewat perundingan dengan tiga teman saya akhirnya kami memilih untuk tidak
meneruskan perjalanan ke Ranukumbolo. Walaupun ada raut kekecewaan dari wajah
Evan dan Dodik sedangkan kancel seperti biasa “manut wae wes” alias ikut saja. Saya mengerti kekecewaan mu kawan
sudah jauh-jauh dari Kediri tapi tidak bisa menikmati indahnya Ranukumbolo tapi
maaf saya tidak mau ikut dan mengajak kalian ikut andil dalam kerusakan yang
akan terjadi terhadap Ranukumbolo dan TNBTS kalau kita ikut bergabung dengan
banyak nya pendaki seperti itu. Tenang saja Ranukumbolo tidak akan pindah
Gunung Lemongan |
Akhirnya
perjuangan kami untuk sampai ke Pos Ranukumbolo harus berhenti sampai di sini.
Pengorbanan saat jatuh dan kaki kena knalpot “si hitam” sampai “si biru” yang
sampai kehabisan oli pun hanya menjadi kenangan. Oke tapi Show must go on masih ada
kesempatan berikutnya. Karena tidak jadi ke Ranukumbolo kami pun kembali tapi
sebelum itu mampir dulu ke Pura Mandara Giri Semeru Agung pura yang di anggap
paling suci oleh umat hindu di Indonesia karena berada di Lereng Gunung
Mahameru yang konon dewa Shiwa bertempat tinggal.
Melanjutkan
perjalanan menuju Kota Lumajang kami mampir dulu di tempat berkumpulnya para
“anak gaul” Lumajang berada heheh sambil minum jus dan menyusun rencana mau
kemana setelah ini akhirnya kami putuskan untuk ke Gunung Lemongan saja. Pukul
2 lebih kami menuju Klakah untuk menuju pos terakhir menuju Gunung Lemongan.
Tapi tak di sangka tak dinyana ternyata rumah juru kunci Lemongan yang lebih di
kenal dengan nama “mbah citro” sangat ramai oleh pengunjung (dampak malam 1 suro)
banyak orang yang melakukan ritual adat kejawen mungkin padahal biasanya tempat
ini sepi. Khawatir akan keselamatan “si biru” dan “si hitam” akhirnya kami
membatalkan niat menuju puncak Lemongan walaupun Lemongan sudah Nampak gagah
berdiri di depan kami. Tapi ya sudah lah nampaknya kondisi belum memihak kepada
kita kawan. Balik ke rumah saja ya tapi sebelum itu mampir ke Ranu Klakah dulu
yuk menghabiskan sore yang cerah sambil mengobati kekecewaan.
16 November 2012
Ranu Bedali |
Pagi yang Indah di Ranuyoso dan
karena Trip ke Ranukumbolo gagal
bukan berarti hidup seakan berakhir. Masih banyak destinasi wisata yang gak
kalah seru kok dan dengan bangga saya mengajak ketiga teman saya itu di Ranu
paling Indah Nomer dua setelah Ranukombolo (menurut versi saya sih) mana lagi
kalau bukan di Ranubedali. Pukul 7 pagi saya sudah mengajak mereka siap-siap
untuk mengobati rasa kekecewaan karena gagal ke Ranukumbolo. Karena jarak yang
gak begitu jauh saya mengajak mereka jalan kaki saja sekalian olahraga pagi
lah.
Terapi Ikan |
Sekitar 10 menit berjalan kaki
Ranubedali sudah menampakkan keindahannya dengan sedikit kabut tipis yang
menyelimutinya. Tidak membuang waktu lama kami langsung menuju kolam renang
sekalian mandi juga ya kan tadi belum mandi di rumah hehe. Saya sempat
merasakan sensasi enak nya terapi ikan di tepi kolam sebelum akhirnya air kolam
yang melambai-lambai mengajak saya untuk berenang di sana *agak lebaii sedikit
sih*. Karena memori kamera digital yang kami bawa masih full maka kami tidak
ingin menyia-nyia kannya donk narsis mode on hehe. Mulai dari gaya sok cool
sampai melompat dari ketinggian kami coba semua dan hasilnya lumayan lah buat
pemula hehe. Sudah capek berenang di kolam dan sudah kehabisan gaya juga kami
langsung turun menuju danau sebelum menuju danau narsis dikit lah di air
terjunnya.
Kolam Renang Ranubedali |
Air Terjun di Ranubedali |
Sampai di bawah kami langsung
ada ide untuk menaiki perahu kecil nelayan atau biasa di sebut dengan “getek” yang di parkir di pinggir ranu.
Sedikit takut juga sih sebenarnya takut di marahi si empunya “getek” takut juga gak bisa ngendalikan
tuh perahu dan terjun ke ranu kan gak lucu. Tapi Alhamdulillah saya yang
berpasangan dengan si Evan mampu mengendalikan perahu tersebut dan malah bikin
ketagihan. Sekarang giliran si dodik dan kancel yang ingin merasakan sensasi
naik “getek” tersebut. Dari awal
sudah terlihat ketidak kompakan mereka dalam mengayuh dayung nya semua ingin
menang sendiri hahah saya dan Evan hanya bisa memandangi aneh saja kepada
mereka. Saat Getek yang mereka naiki
sudah tak terkendali karena miss
communication antara kedua pengemudinya (bahasanya agak gimana gitu ya
hhehe) saya sempat memperingatkan mereka agar tidak menabrak pancing ikan milik
nelayan yang ada di pinggir Ranu tapi apa jawaban dari Dodik “Tenang le aku wes S1” tidak lama kemudian maka terjadilah apa yang
saya khawatirkan getek mereka
menabrak pancing yang di pasang tersebut.
Takut nelayannya tahu kalau
pancingnya di rusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti kami
*maaf pak nelayan ya* maka kami segera
mengakhiri perjalanan kali ini hehe. Kami langsung saja cap cuss pulang.
Selamat tinggal Ranubedali kami akan
meraih mimpi untuk perjalanan selanjutnya Ranukumbolo *Tentu saja* =).
Udah dibilang ranu kumbolo over capacity.msh mo kesana juga le.
ReplyDeleteHahaha.
Ke ranu bedali,masih disorakkin sama si dogie gak le?
namanya juga nyenegin temen cokk hahah
ReplyDeletetetep aja tapi gak seganas dulu dan kita naik getek lagi hahah