Cuaca cerah yang menggantung di atas bumi Lumajang serasa akan
melancarkan rencana petualangan kami. Tanggal 5 April 2009 Saya, Wahyu, Fauzan, Emir, Ivan, Teguh dan Dimas
(gombes) berkumpul di depan sekolah kami SMA 3 Lumajang. Bukan untuk membolos
tapi karena hari itu memang hari libur karena memang hari itu adalah hari minggu hehe dan keesokan harinya anak kelas
XII melakukan Ujian Akhir Nasional (UAN) jadi kami bisa santai sejenak. Hari
itu kami merencanakan untuk pergi ke goa tetes.
Pemandangan goa tetes
Foto dulu sebelum Turun
Di Depan Mulut Goa
Goa tetes
terletak di Dusun Krajan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Dari
pusat kota
Lumajang goa ini masih sangat jauh kira-kira masih 60 Km lagi. Lokasi goa ini
memang terletak di antara Lumajang dan Malang.
Rencananya kami akan pergi dengan semua teman-teman dari PA-13 tapi karena
teman-teman yang perempuan tidak bisa maka kami berangkat sendiri.Dengan 4
sepeda motor kami melakukan perjalanan panjang menuju lokasi. Melewati Geladak
perak dan piket nol yang terkenal dengan pemandangan yang indah dan kisah angker
yang seakan terbawa bersama kabut tipis yang kadang menyelimutinya. Kurang
lebih 2 jam perjalanan menggunakan sepeda motor.
Gombes Gila
Setelah sampai parkiran kami melanjutkan perjalanan dengan jalan
kaki. Untuk sampai ke mulut goa perjalanannya cukup menantang dan berat karena
jalurnya cukup terjal. Namun semua terbayar lunas ketika kita melihat
pemandangan yang ada di sana.
Sepanjang perjalanan kita akan di suguhi pemandangan yang sangat indah. Pemandangan
yang sangat indah seakan bisa sedikit menghapus kepenatan di sekolah dengan
berbagai macam tugas dan rutinitas yang
membosankan walaupun kadang rutinitas yang membosankan pada saat SMA adalah
hal yang sangat kita rindukan pada saat sekarang. Meskipun pemandangannya
sangat indah tapi kita juga wajib waspada karena jalan menuju mulut goa
melewati jembatan yang licin dan agak rusak karena tidak terawat.
Camera digital kami pun terus mengabadikan pemandangan indah ini
(walaupun sebenarnya pemandangan yang asli masih lebih indah di bandingkan dengan pemandangan hasil jepretan camera)
tapi hal itu sudah cukup untuk mengabadikan momen indah ini (lebay.com).
Lanjut lagi dengan berbagai kebodohan-kebodohan yang kami lakukan mulai dari
foto ala personil dewi-dewi dan Teguh yang kesulitan mencari kamar mandi karena
“kebelet BAB” hahaha. Akhirnya dia mencari tempat strategis jauh dari
pemandangan indah ini.
Di Dalam Goa
Matahari semakin naik dan itu sudah memberikan tanda buat kita untuk
segera pulang. Kira-kira pukul 12.00 WIB kami memutuskan untuk melanjutakan
perjalanan pulang. Sebelum langsung pulang kami mampir dulu ke rumah saudara
teman kami (lumayan lah dapat bakso dan makanan gratis) haha. Next langsung
menuju kota
Lumajang tapi karena ivan memberikan tawaran yang menggiurkan yaitu mampir dulu
ke rumah neneknya dan memetik buah salak segar langsung dari kebunnya. kami
sempat pikir-pikir dulu dan setelah voting mufakat akhirnya kami pun setuju
untuk karena kata ivan jaraknya juga tidak terlalu jauh hanya sekitar 10 menit
perjalanan.
Di dalam Goa Lagi
Yang punya Blog
Katanya Cuma 10 menit perjalanan tapi kok jauh juga. Ternyata
perjalanan menuju rumah nenek ivan sangat jauh dengan jalan yang berkelok-kelok
melewati tebing-tebing dan menuju pelosok desa yang bahkan sinyal handphone pun
tidak mampu menjangkaunnya. Oke fine saya masih bisa sedikit agak tenang.
Kurang sedikit menuju rumah nenek ivan dan ban sepeda motor ivan pun mengalami
kebocoran. Dengan sedikit usaha akhirnya kami sampai juga di rumah nenek ivan
dan langsung mencari tambal ban. Setelah menyerahkan urusan ban kepada tambal
ban kami pun menunggu ivan yang bersama saudaranya menuju kebun salak untuk
memetik buah salah yang dia janjikan tersebut. Setelah sekitar 45 menit
menunggu dan ivan belum juga datang kami
yang tersisa di situ membuat video yang berisi isi hati kami dengan kebodohan dan
“kebohongan” public yang dia lakukan dengan mengatakan bahwa rumah neneknya
sudah dekat padahal masih sangat jauh.
Akhirnya yang di tunggu-tunggu pun datang Ivan dan sekarung salaknya
pun melegakan hati kami. Tapi sepertinya ada yang aneh dan ternyata sepeda Ivan
yang di tambal ban nya belum di kerjakan sama sekali arrrghhh. Darah kami
seakan mendidih sudah hampir 1 jam menunggu dan sepedanya belum di kerjakan
sama sekali. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.12 WIB dan kami belum
melanjutkan perjalanan pulang kami dan celakanya kami masih berada di pelosok
desa yang bahkan sinyal handphone pun enggan untuk menghampirinya dan
konsekuensi logisnya adalah kami tidak bisa mengabari orang tua kami tentang
keberadaan kami.
Berusaha menyalakan Perapian
Kesabaran kami pun di uji lagi ketika ivan dengan wajah innocent
nya mengajak kami tidak usah pulang dan
menginap di rumah neneknya saja. Saya dengan lantang menolak keras ajakan itu
seperti rakyat yang menolak kenaikan harga BBM heheh. Dia mungkin tidak tahu
kalau Ibu saya akan sangat marah besar jika tidak pulang rumah tanpa mengirim
kabar dan dengan No handphone yang tidak bisa di hubungi.
Setelah sabar menunggu dan menunggu akhirnya sepeda Ivan yang di
tambal selesai juga. Oke lets go home melewati jalan yang berbelok-belok dan
tebing-tebing lagi sebelum sampai di jalan raya besar. Tapi rupanya rintangan
belum juga selesai sepeda ivan sekali lagi menunjukkan tranda-tanda yang tidak
normal dan ternyata bannya bocor lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 17.15 WIB
akhirnya kami menemukan tukang tambal ban lagi. Rupanya tukang tambal ban yang
ini lebih cekatan dari pada yang tadi sekitar 15 menit dan sepeda sudah siap di
gunakan lagi.
Gaya dulu sebelum masak
Sampai di pertigaan di jalan besar kami melakukan debat dan
musyawarah apakah harus pulang ataukah harus menginap di rumah saudara teman
saya yang tadi. Saya termasuk kubu yang dengan tegas menolak untuk menginap dan
harus pulang (maklum saya tadi hanya izin untuk main ke kota Lumajang saja dan tidak sampai ke
pelosok desa seperti ini hehe). Sedangkan yang lainnya memilih untuk tidak
pulang dan menginap di rumah saudara teman kami yang tadi dengan alasan hari
sudah hampir maghrib dan kita belum melewati piket nol dan jembatan perak yang
indah tapi katanya angker setengah mati tersebut. Saya mendebat kalau jumlah
kita kan juga banyak masak 7 orang laki-laki dewasa juga masih takut (walau
dalam hati juga saya juga tidak terlalu berani dan pikir-pikir juga) heheh tapi
secara logika saya masih bisa lari dari kejaran setan (tapi saya berharap agar
tidak bertemu dengan setan tentunya) tapi saya tidak akan bisa lari jika ibu
saya yang memarahi saya heheh.
Bung Fauzan
Mendidih
Setelah debat yang seru lebih seru daripada debat antara anggota DPR
di senayan akhirnya golongan yang ingin pulang menang hahah perjuangan saya
tidak sia-sia. Lanjut kawan, malam pun menjelang dan kami terus menggeber
sepeda motor kami. Melewati piket nol dan gladak perak hati saya berdebar hehe
semoga mitos yang ada tidak terbukti kami mengendarai sepeda agak lebih pelan
di sini karena jalannya yang berbelok-belok dengan kanan kiri jurang dan
penerangan yang tidak memadai selain itu jalannya juga sempit. Tiba-tiba saya
merasa ada tangan yang memegang kaki saya dan perasaan saya sudah tidak karuan.
Setelah saya lihat ternyata hanya tangan wahyu yang berpegangan di kaki saya. Setelah
melewati piket nol yang legendaris kami pun mulai lega.
Bagi-bagi makan
Ternyata masalah belum juga selesai Memasuki kecamatan Candipuro
ternyata ban sepeda Ivan bocor lagi. Tiga kali ban bocor di tempat yang sama
jelas sekali bahwa ban sepedanya harus segera di ganti. Akhirnya saya pun
menyerah karena jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB dan kami masih ada
di Kecamatan Candipuro walaupun di
paksakan untuk pulang tapi hal itu juga tidak akan efektif. Untung saja di
sekitar situ ada rumah saudara wahyu dan akhirnya kita menginap di situ.
Setelah menunggu ban Ivan selesai diganti saya menelpon rumah dan mengatakan
hal sebenarnya hehe. Setelah mendengarkan sedikit “omelan” akhirnya kami pun
menuju rumah saudara wahyu.
Makan Dulu
Liburan yang kami rencanakan
Cuma setengah hari itu akhirnya dengan sendirinya baerjalan lebih lama.
Melewati malam di tempat yang asing akhirnya kami memutuskan untuk mencari
rental Playstation untuk melepas lelah. Rupanya setelah perjalanan yang
melelahkan dan debat yang menguras tenaga akal sehat teman-teman saya mulai
rontok hehe. Lagi-lagi Ivan dan Teguh membuat kami sedikit bingung. Katanya dia
melihat rental Ps di pinggir jalan yang agak jauh dari rumah tempat kami
menginap.
Dengan rela dan senang hati kami melangkahkan kaki untuk menuju
tempat yang kami inginkan tersebut. Setelah capek berjalan-jalan dan
berkeliling untuk mencari tempat tersebut akhirnya kami menyerah dan memutuskan
untuk bertanya kepada warga sekitar. Ternyata jawabannya cukup mengejutkan
ternyata rental Ps yang kami cari-cari hanya berjarak beberapa meter saja dari
rumah saudaranya wahyu ckck benar-benar pasangan sahabat koplak.
Pagi hari
Lanjut, setelah puas bermain guitar hero dan saya kalah dengan telak
karena saya jarang bermain playstation kami memutuskan untuk mencari makanan.
Tidak banyak pilihan yang tersedia dan akhirnya kami memilih untuk membeli
beberapa bungkus mie instant dan memasaknya sendiri. Satu lagi yang unik kami
memasak menggunakan “tumang” atau tungku yang terbuat dari tanah liat. Hal itu
rupanya cukup merepotkan kami karena kami sudah terbiasa untuk memasak dengan
kompor gas =). Akhirnya makan malam pun di mulai dengan sangat nikmat karena
memang kami sangat mensyukuri dengan apa yang kami peroleh.
Gunung Semeru Tampak dari Kejauhan
Lahan hijau
Pagi hari menjelang dan kami pun bergegas untuk menikmati suasana alami
khas pedesaan dengan pemandangan utama gunung tertinggi di jawa yaitu gunung
semeru. Maklum candipuro adalah salah satu kawasan yang berada dekat dengan
gunung semeru. Selanjutnya kita berjalan-jalan menyusuri sawah dan melihat
sungai. Selesai berkeliling desa kami menuju rumah kembali dan musyawarah untuk
membagi rata hasil oleh-oleh salak dan kerupuk yang di bawah dari kunjungan
kemarin. Pembagian berlangsung agak tidak merata karena ada beberapa orang yang
tidak mengikuti secara langsung acara pembagian salak tersebut. Untungnya saya
melihat secara langsung pembagian tersebut heheh.
Gombes lagi
Setelah semua siap akhirnya perjalanan di lanjutkan dengan pulang ke
Lumajang dan lanjut menuju rumah masing-masing. Selamat tinggal goa tetes
selamt tinggal candipuro. Next time I will
come back ^_^.
No comments:
Post a Comment