Sunday 10 February 2013

Goa Tetes, Sebuah Keindahan Yang Tersembunyi


Cuaca cerah yang menggantung di atas bumi Lumajang serasa akan melancarkan rencana petualangan kami. Tanggal 5 April 2009  Saya, Wahyu, Fauzan, Emir, Ivan, Teguh dan Dimas (gombes) berkumpul di depan sekolah kami SMA 3 Lumajang. Bukan untuk membolos tapi karena hari itu memang hari libur karena memang hari itu adalah hari  minggu hehe dan keesokan harinya anak kelas XII melakukan Ujian Akhir Nasional (UAN) jadi kami bisa santai sejenak. Hari itu kami merencanakan untuk pergi ke goa tetes. 
Pemandangan goa tetes

Foto dulu sebelum Turun


Di Depan Mulut Goa

Goa tetes terletak di Dusun Krajan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Dari pusat kota Lumajang goa ini masih sangat jauh kira-kira masih 60 Km lagi. Lokasi goa ini memang terletak di antara Lumajang dan Malang. Rencananya kami akan pergi dengan semua teman-teman dari PA-13 tapi karena teman-teman yang perempuan tidak bisa maka kami berangkat sendiri.Dengan 4 sepeda motor kami melakukan perjalanan panjang menuju lokasi. Melewati Geladak perak dan piket nol yang terkenal dengan pemandangan yang indah dan kisah angker yang seakan terbawa bersama kabut tipis yang kadang menyelimutinya. Kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan sepeda motor.

Gombes Gila

  
Setelah sampai parkiran kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Untuk sampai ke mulut goa perjalanannya cukup menantang dan berat karena jalurnya cukup terjal. Namun semua terbayar lunas ketika kita melihat pemandangan yang ada di sana. Sepanjang perjalanan kita akan di suguhi pemandangan yang sangat indah. Pemandangan yang sangat indah seakan bisa sedikit menghapus kepenatan di sekolah dengan berbagai macam tugas dan  rutinitas yang membosankan walaupun kadang rutinitas yang membosankan pada saat SMA adalah hal yang sangat kita rindukan pada saat sekarang. Meskipun pemandangannya sangat indah tapi kita juga wajib waspada karena jalan menuju mulut goa melewati jembatan yang licin dan agak rusak karena tidak terawat.
Camera digital kami pun terus mengabadikan pemandangan indah ini (walaupun sebenarnya pemandangan yang asli masih lebih indah di bandingkan  dengan pemandangan hasil jepretan camera) tapi hal itu sudah cukup untuk mengabadikan momen indah ini (lebay.com). Lanjut lagi dengan berbagai kebodohan-kebodohan yang kami lakukan mulai dari foto ala personil dewi-dewi dan Teguh yang kesulitan mencari kamar mandi karena “kebelet BAB” hahaha. Akhirnya dia mencari tempat strategis jauh dari pemandangan indah ini. 
Di Dalam Goa

 

Matahari semakin naik dan itu sudah memberikan tanda buat kita untuk segera pulang. Kira-kira pukul 12.00 WIB kami memutuskan untuk melanjutakan perjalanan pulang. Sebelum langsung pulang kami mampir dulu ke rumah saudara teman kami (lumayan lah dapat bakso dan makanan gratis) haha. Next langsung menuju kota Lumajang tapi karena ivan memberikan tawaran yang menggiurkan yaitu mampir dulu ke rumah neneknya dan memetik buah salak segar langsung dari kebunnya. kami sempat pikir-pikir dulu dan setelah voting mufakat akhirnya kami pun setuju untuk karena kata ivan jaraknya juga tidak terlalu jauh hanya sekitar 10 menit perjalanan.
Di dalam Goa Lagi

Yang punya Blog
Katanya Cuma 10 menit perjalanan tapi kok jauh juga. Ternyata perjalanan menuju rumah nenek ivan sangat jauh dengan jalan yang berkelok-kelok melewati tebing-tebing dan menuju pelosok desa yang bahkan sinyal handphone pun tidak mampu menjangkaunnya. Oke fine saya masih bisa sedikit agak tenang. Kurang sedikit menuju rumah nenek ivan dan ban sepeda motor ivan pun mengalami kebocoran. Dengan sedikit usaha akhirnya kami sampai juga di rumah nenek ivan dan langsung mencari tambal ban. Setelah menyerahkan urusan ban kepada tambal ban kami pun menunggu ivan yang bersama saudaranya menuju kebun salak untuk memetik buah salah yang dia janjikan tersebut. Setelah sekitar 45 menit menunggu dan ivan belum  juga datang kami yang tersisa di situ membuat video yang berisi isi hati kami dengan kebodohan dan “kebohongan” public yang dia lakukan dengan mengatakan bahwa rumah neneknya sudah dekat padahal masih sangat jauh.



Akhirnya yang di tunggu-tunggu pun datang Ivan dan sekarung salaknya pun melegakan hati kami. Tapi sepertinya ada yang aneh dan ternyata sepeda Ivan yang di tambal ban nya belum di kerjakan sama sekali arrrghhh. Darah kami seakan mendidih sudah hampir 1 jam menunggu dan sepedanya belum di kerjakan sama sekali. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.12 WIB dan kami belum melanjutkan perjalanan pulang kami dan celakanya kami masih berada di pelosok desa yang bahkan sinyal handphone pun enggan untuk menghampirinya dan konsekuensi logisnya adalah kami tidak bisa mengabari orang tua kami tentang keberadaan kami.
Berusaha menyalakan Perapian

Kesabaran kami pun di uji lagi ketika ivan dengan wajah innocent nya  mengajak kami tidak usah pulang dan menginap di rumah neneknya saja. Saya dengan lantang menolak keras ajakan itu seperti rakyat yang menolak kenaikan harga BBM heheh. Dia mungkin tidak tahu kalau Ibu saya akan sangat marah besar jika tidak pulang rumah tanpa mengirim kabar dan dengan No handphone yang tidak bisa di hubungi. 
Setelah sabar menunggu dan menunggu akhirnya sepeda Ivan yang di tambal selesai juga. Oke lets go home melewati jalan yang berbelok-belok dan tebing-tebing lagi sebelum sampai di jalan raya besar. Tapi rupanya rintangan belum juga selesai sepeda ivan sekali lagi menunjukkan tranda-tanda yang tidak normal dan ternyata bannya bocor lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 17.15 WIB akhirnya kami menemukan tukang tambal ban lagi. Rupanya tukang tambal ban yang ini lebih cekatan dari pada yang tadi sekitar 15 menit dan sepeda sudah siap di gunakan lagi. 
Gaya dulu sebelum masak

   
Sampai di pertigaan di jalan besar kami melakukan debat dan musyawarah apakah harus pulang ataukah harus menginap di rumah saudara teman saya yang tadi. Saya termasuk kubu yang dengan tegas menolak untuk menginap dan harus pulang (maklum saya tadi hanya izin untuk main ke kota Lumajang saja dan tidak sampai ke pelosok desa seperti ini hehe). Sedangkan yang lainnya memilih untuk tidak pulang dan menginap di rumah saudara teman kami yang tadi dengan alasan hari sudah hampir maghrib dan kita belum melewati piket nol dan jembatan perak yang indah tapi katanya angker setengah mati tersebut. Saya mendebat kalau jumlah kita kan juga banyak masak 7 orang laki-laki dewasa juga masih takut (walau dalam hati juga saya juga tidak terlalu berani dan pikir-pikir juga) heheh tapi secara logika saya masih bisa lari dari kejaran setan (tapi saya berharap agar tidak bertemu dengan setan tentunya) tapi saya tidak akan bisa lari jika ibu saya yang memarahi saya heheh.
Bung Fauzan


Mendidih
 
Setelah debat yang seru lebih seru daripada debat antara anggota DPR di senayan akhirnya golongan yang ingin pulang menang hahah perjuangan saya tidak sia-sia. Lanjut kawan, malam pun menjelang dan kami terus menggeber sepeda motor kami. Melewati piket nol dan gladak perak hati saya berdebar hehe semoga mitos yang ada tidak terbukti kami mengendarai sepeda agak lebih pelan di sini karena jalannya yang berbelok-belok dengan kanan kiri jurang dan penerangan yang tidak memadai selain itu jalannya juga sempit. Tiba-tiba saya merasa ada tangan yang memegang kaki saya dan perasaan saya sudah tidak karuan. Setelah saya lihat ternyata hanya tangan wahyu yang berpegangan di kaki saya. Setelah melewati piket nol yang legendaris kami pun mulai lega. 
Bagi-bagi makan

Ternyata masalah belum juga selesai Memasuki kecamatan Candipuro ternyata ban sepeda Ivan bocor lagi. Tiga kali ban bocor di tempat yang sama jelas sekali bahwa ban sepedanya harus segera di ganti. Akhirnya saya pun menyerah karena jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB dan kami masih ada di  Kecamatan Candipuro walaupun di paksakan untuk pulang tapi hal itu juga tidak akan efektif. Untung saja di sekitar situ ada rumah saudara wahyu dan akhirnya kita menginap di situ. Setelah menunggu ban Ivan selesai diganti saya menelpon rumah dan mengatakan hal sebenarnya hehe. Setelah mendengarkan sedikit “omelan” akhirnya kami pun menuju rumah saudara wahyu. 
Makan Dulu

 Liburan yang kami rencanakan Cuma setengah hari itu akhirnya dengan sendirinya baerjalan lebih lama. Melewati malam di tempat yang asing akhirnya kami memutuskan untuk mencari rental Playstation untuk melepas lelah. Rupanya setelah perjalanan yang melelahkan dan debat yang menguras tenaga akal sehat teman-teman saya mulai rontok hehe. Lagi-lagi Ivan dan Teguh membuat kami sedikit bingung. Katanya dia melihat rental Ps di pinggir jalan yang agak jauh dari rumah tempat kami menginap. 
Dengan rela dan senang hati kami melangkahkan kaki untuk menuju tempat yang kami inginkan tersebut. Setelah capek berjalan-jalan dan berkeliling untuk mencari tempat tersebut akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk bertanya kepada warga sekitar. Ternyata jawabannya cukup mengejutkan ternyata rental Ps yang kami cari-cari hanya berjarak beberapa meter saja dari rumah saudaranya wahyu ckck benar-benar pasangan sahabat koplak.
Pagi hari

Lanjut, setelah puas bermain guitar hero dan saya kalah dengan telak karena saya jarang bermain playstation kami memutuskan untuk mencari makanan. Tidak banyak pilihan yang tersedia dan akhirnya kami memilih untuk membeli beberapa bungkus mie instant dan memasaknya sendiri. Satu lagi yang unik kami memasak menggunakan “tumang” atau tungku yang terbuat dari tanah liat. Hal itu rupanya cukup merepotkan kami karena kami sudah terbiasa untuk memasak dengan kompor gas =). Akhirnya makan malam pun di mulai dengan sangat nikmat karena memang kami sangat mensyukuri dengan apa yang kami peroleh. 
Gunung Semeru Tampak dari Kejauhan

Lahan hijau

Pagi hari menjelang dan kami pun bergegas untuk menikmati suasana alami khas pedesaan dengan pemandangan utama gunung tertinggi di jawa yaitu gunung semeru. Maklum candipuro adalah salah satu kawasan yang berada dekat dengan gunung semeru. Selanjutnya kita berjalan-jalan menyusuri sawah dan melihat sungai. Selesai berkeliling desa kami menuju rumah kembali dan musyawarah untuk membagi rata hasil oleh-oleh salak dan kerupuk yang di bawah dari kunjungan kemarin. Pembagian berlangsung agak tidak merata karena ada beberapa orang yang tidak mengikuti secara langsung acara pembagian salak tersebut. Untungnya saya melihat secara langsung pembagian tersebut heheh.
Gombes lagi

Setelah semua siap akhirnya perjalanan di lanjutkan dengan pulang ke Lumajang dan lanjut menuju rumah masing-masing. Selamat tinggal goa tetes selamt tinggal candipuro. Next time I will  come back ^_^.
 





No comments:

Post a Comment

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...