Thursday 8 December 2011

Ranukumbolo Danau Eksotik di Kaki Gunung Tertinggi di Pulau Jawa

Ranu kumbolo yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah ranu yang terbentuk dari massive kawah gunung jambangan yang telah memadat. Ranukumbolo atau dalam bahasa Indonesia berarti danau memiliki luas sekitar 14 ha. Berada di ketinggian sekitar 2400 mdpl biasanya di pakai sebagai camping ground sebelum mendaki gunung semeru (3676mdpl). Ditepian Ranukumbolo terdapat prasasti yang di duga  peninggalan kerajaan Majapahit. Danau ini sendiri merupakan satu dari 4 danau yang ada di sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 3 danau yang lain antara lain Ranupane, Ranuregulo, dan Ranu Darungan. 
Foto gerbang masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru




Prasasti yang di duga peninggalan kerajaan Majapahit
Akhir liburan semester  sekitar tanggal 26 Juli 2011 saya berkesempatan mengunjungi salah satu tempat terindah di kabupaten Lumajang tersebut. Bersama empat orang teman saya yang lain. Dengan membawa logistik yang bisa di katakan sangat “cukupan” kami menyusuri jalan setapak dengan penuh semangat. Pemandangan yang indah khas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menjadi penyemangat dan penambah tenaga. Medan yang jauh dan barang bawaan yang berat sangat menguras tenaga. Tapi percakapan antara anggota tim dan lagu-lagu yang kami nyanyikan membuat semuanya terasa ringan. Kami sempat berhenti dan bertemu dengan pendaki yang lain. Bahkan di pos 3 kami sempat melihat ayam hutan merah yang sedang mencari makan di sekitar pos 3. Belum sempat kami mengambil potretnya ayam langka tersebut sudah terbang lahi.
Rute setelah pos 3 terus menanjak melewati tanjakan setan. Rute yang berhasil membuat nafas kami tersengal-sengal. Berjalan lima langkah kedepan dan beristirahat cukup lama. Tapi pemandangan dari sana sangat indah pohon-pohon yang menghijaukan taman nasional dan kabut tipis yang menghiasi membuat rasa penat oleh rutinitas dan kebisingan kota hilang. Perjalanan yang menanjak tidak membuat semangat kami runtuh. Perjalanan yang semakin dekat memberi suntikan semangat bagi kami.
Sekitar empat jam setengah kami berjalan pukul 16.00 wib kami sampai di ranukumbolo. Pemandangan yang luar biasa langsung menyambut kedatangan kami. Rumput dan pohon-pohon hijau yang berada di tepian kumbolo menambah indah pemandangan indah tersebut. Kami bergegas membuat tenda karena hari mulai gelap. Satu hal yang tidak bisa saya lupa dari perjalanan ini adalah karena kami tidak membawa kompor dan gas. Kami hanya mengandalkan parafin dan spirtus yang jumlahnya tidak banyak. Jadilah perjalanan ini mempunyai banyak cerita. Mulai memasak makanan andalan yaitu mie instant yang sangat lama dan percobaan membuat cilok yang gagal karena bau bensin. Semua menjadikan pengalaman ini menjadi penuh warna.
Suhu di Ranukumbolo saat itu sangat dingin untuk rata-rata orang Indonesia saya pun merasakan hal itu. Alat pengukur suhu menunjukkan angka 3 drajat celsius. Celakanya lagi dari 5 orang anggota tim hanya 3 orang yang membawa sleeping bag. Konsekuensi  logisnya tentu kami harus rela berbagi. Malam yang sepi dan indah di kagetkan oleh suara kembang api yang dinyalakan oleh beberapa orang pendaki dari kota Malang. Hiburan gratis untuk mengobati hawa dingin yang kian menusuk  tapi mungkin bagi hewan-hewan penghuni Taman Nasional Bromo Tengger Semeru hal itu membuat mereka takut.
Sunrise di Ranukumbolo
                                        

Pagi hari di lewati dengan  menikmati sunrise yang muncul dari balik bukit. Salah satu moment yang paling di tunggu saat berada di Ranukumbolo. Kabut yang menutupi sinar matahari perlahan-lahan mulai hilang. Udara dingin menyapa lewat hembusan angin. Beberapa teman mulai mempersiapkan memasak . Membuat api bukan hal yang mudah saat itu karena kami hanya mengandalkan korek dan sisa-sisa parafin dan spirtus yang tinggal sedikit. Walaupun dengan perjuangan yang keras segelas kopi susu dan sepiring mie instant yang kurang matang menjadi menu istimewa kami di tepian Ranukumbolo pagi itu.
Masak bareng di Ranukumbolo
Tidak mau melaewatkan pemandangan yang indah saya mengajak teman-teman menikmati pemandagan indah dengan berkeliling dan naik ke punggung bukit yang oleh kebanyakan orang sebagai ” bukit cinta” . Dari atas bukit  cinta terlihat jelas pemandangan indah Ranukumbolo sungguh ciptaan Allah SWT tidak ada tandingannya. Setelah itu kami sempat berjalan melihat oro-oro ombo dan gunung semeru yang berdiri tegak di depan kami. Tiba-tiba kami mendapat bonus istimewa melihat kawah Jonggring Saloko mengeluarkan material  vulkaniknya.
Setelah puas melihat pemandangan yang serba indah akhirnya sekitar pukul 11.00 berkemas dan pulang. Pengalaman pertama ke Ranukumbolo yang tidak dapat saya lupakan 
Oro-oro Ombo dan Gunung Semeru
                                         

Pemandangan dari bukit cinta
                                          

Berpose di tepian Kumbolo
Ranukumbolo

No comments:

Post a Comment

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...