Wednesday, 9 January 2013

Unforgettable Sumbing (Via Desa Mangli Magelang Jawa Tengah ) Part I




30 November 2012
Setelah menurunkan Carrier-carrier besar  kami dari  Bus Sumber Kencono yang membawa kami dari Surabaya perlahan  meninggalkan kami di terminal Giwangan Jogjakarta.  Dari terminal Giwangan kami melanjutkan perjalanan menuju magelang naik bis kecil. Sesampainya di Magelang kami istirahat sejenak dan mengisi perut yang sudah mulai keroncongan. Dari terminal magelang kami langsung menuju rumah dan juga di gunakan sebagai toko alat-alat outdoor seorang teman yang berada di magelang. Tidak jauh sih Cuma berjalan sekitar 10 menit dari terminal magelang. Sesampainya di sana kami sudah di sambut kang udin yang memang telah menunggu kami. 
Outlet Magelang Adventure Team

Sore hari dengan menggunakan pick up yang telah di sediakan oleh kang Udin kami berangkat menuju desa mangli Magelang. Sore itu cuaca agak mendung tapi tidak menurunkan hasrat kami ber Sembilan untuk mendaki G. Sumbing Via desa Mangli yang memang jarang di gunakan oleh pendaki lain. Melewati perkampungan penduduk kami selalu di sapa oleh senyum ramah penduduk local yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Kami juga di ingatkan untuk membawa kelapa muda dan gula merah. Karena itu adat dari penduduk local yang lebih mengerti tentang sini jadi kami menurut saja untuk gula merah kami memang sudah membawa tapi untuk kelapa?? Akhirnya kang udin menuju perkampungan penduduk untuk mengambil atau membeli kelapa (saya sendiri kurang paham) karena kami terpecah menjadi dua rombongan rombongan pertama mengambil kelapa dan rombongan kedua meneruskan perjalanan menuju pos satu tempat yang kami sepakati untuk bertemu. Oh iya karena ini bukan jalur resmi pendakian maka tidak ada pos perijinan yang seperti biasanya kalau kita naik gunung. Kami hanya melapor dan meminta ijin sama kepala dusun agar di beri restu dan meminta doa agar selamat sampai tujuan.
Pos 1

Nanjak terus

Di tengah perjlanan menuju pos satu hujan sudah mengguyur yang memaksa kami mempercepat langkah kami menuju pos satu. Sampai di pos satu kami langsung membentangkan fly sheet sambil menunggu rombongan pertama datang. Tidak berapa lama rombongan pertama pun datang sambil menuggu hujan reda kami langsung memasak untuk mengisi perut dan  mengembalikan tenaga kami. Selepas pos satu kami melewati alas ruwet atau jika di terjemahkan  dalam bahasa Indonesia berarti hutan yang ruwet (apa sih bahasa indonesianya ruwet itu hehe) atau di sebut hutan yang membingungkan saja lah dan sesuai namanya memang jalur di sini agak membingungkan karena banyak persimpangan dan semuanya relative sama. 
Nanjak Lagi



Keluar dari alas ruwet kami sampai di pos 2 dan hari sudah petang di sini terdapat sungai kecil dan kami tidak menyia-nyiakannya untuk mengisi botol-botol air minum yang telah berkurang untuk minum dan memasak tadi tapi kita juga harus tetap waspada karena ada banyak lintah di sana. Karena memang dalam tim ini terdapat banyak orang perdebatan di mulai satu pihak menginginkan untuk mendirikan camp di sini mengingat di sini tempatnya baik untuk di jadikan camping ground dan dekat dengan sumber mata air juga. Pihak yang lain menginginkan melanjutkan perjalanan Karena masih jam 7 dan mereka ingin mengejar waktu dan melanjutkan pendakian langsung menuju gunung sindoro. Saya sih tidak mendukung blok manapun lah mau lanjut ayok mau istirahat juga ayok. 
Lafuma Campo

Sunrise


Sarapan
Akhirnya setelah berunding di putuskan untuk melanjutkan perjlanan saja. Tapi yang saya takutkan jika melanjutkan perjalanan sih Cuma satu gak menemukan camping ground yang cukup buat tiga tenda mengingat jalan yang terus menanjak dan jarang sekali kami menemukan jalan yang datar dan bagus untuk mendirikan tenda. Berjalan terus menerus tentu membuat kaki kami pegal dan kebetulan kami menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda walaupun Cuma untuk 2 tenda besar waahh saya dan aris tidur di mana nih akhirnya kami memutuskan untuk membuat sendiri camping ground yang pas di pinggir tebing yang menganga but it’s the challenge itulah tangtangan saat mendaki kan menciptakan kenyamanan kita sendiri hehe. Yah, malam itu kami ngecamp di tempat antah barantah itu, In the middle of nowhere.
1 Desember 2012
Sunrise G.Sumbing

Pagi hari terdengar suara aris yang membangunkan saya untuk melihat sesuatu yang indah dan di tunggu para pendaki yaaa itulah sunrise dengan latar gunung merapai dan merbabu yang berdiri megah dengan pemandangan yang sungguh wooow banget. Setelah sarapan dan packing kami langsung melanjutkan perjalanan melewati puntuk lalu pertigaan sereal setelah melewati pertigaan sereal kami seharusnya melewati pertigaan butuh atau pos tiga tapi karena kata kang udin bisa melewati jalur pintas walaupun jalurnya yang astaghfirullah banget. Waktu serasa berjalan cepat sekali padahal kami berangkat jam 7 pagi dan sekarang sudah hampir jam 12 dan kami masih sampai di ereng-ereng putih. Stamina sudah sangat berkurang dan tanda-tanda puncak pun belum Nampak.

Indahnya
Kang Yonno dan Kang Udin
Isi airnya mbah
Istirahat sejenak
 Mental kami serasa di banting-banting tapi kami tidak semudah itu untuk menyerah setelah istirahat sangat lama kami meneruskan perjalanan kang udin, mas yono dan kampling sudah melesat jauh meningglkan kami dan mereka sampai di satu dataran yang tinggi dan mereka berteriak kepada kami bahwa itu adalah puncaknya. Karena mendengar kata puncak saya sangat bersemangat untuk terus dan terus dan akhirnya kami sampai juga di puncak. Tapi tunggu dulu ternyata itu hanya fatamorgana saja hweeek =( menyebalkan kan pemirsa ternyata itu bukan puncak sumbing. Itu di sebut dengan gerbang angin. Pemandangannya sih emang bagus pake banget. Tapi rasanya badan ini sudah capek sekali kalau harus turun lagi tapi karena panggilan puncak sumbing terasa seperti melambai-lambai penuh godaan ya apa boleh buat semangat tak boleh padam, =)

Bashori

istirahat lagi

Indahnya ciptaan allah

Pohon edelweis



Puncak Gerbang angin




No comments:

Post a Comment

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...