Tuesday 20 November 2012

Ranukumbolo Gagal “Ranu” Yang Lain Pun Jadi



14 November 1012
 kami sudah siap dengan semua logistik dan surat perizinan untuk naik ke Ranukumbolo. Kami sengaja berangkat hari rabu sore karena paginya kami masih ada kuliah dan harus menunggu Dodik yang baru berangkat dari Kediri Rabu siang. Setelah Dodik datang kami langsung menuju rumah kontrakan saudara danang alias kancel untuk  selanjutnya pergi ke rumah saya. Dengan tas carrier besar saya dan kawan-kawan siap menuju lumajang dengan semangat. Karena jalanan yang macet *maklum long weekend* dan berhenti sejenak untuk mengisi perut yang sudah berontak karena kelaparan akhirnya perjalanan yang normalnya sekitar 3 jam harus molor sampai 4 jam tak apalah yang penting sampai dengan selamat.

15 November 2012
                Pagi-pagi sekitar jam 5 setelah mandi dan sarapan *hasil memasak mie sendiri karena orang rumah sedang ziarah ke wali limo* sekitar pukul 6 kami sudah siap karena malam hari sebelumnya kami sudah packing barang yang harus di bawa. Saya berboncengan dengan Dodik sedangkan kancel boncengan dengan evan. Langsung cap cuss ke Ranukumbolo. Sebenarnya saya punya niat ke base camp pecinta alam semeru dulu sih buat tanya pendakian ke semeru di tutu papa tidak tapi karena sudah terlanjur lewat saya langsung saja josss ke pos Ranupane.
Suasana Ramai Ranupane
                Jalanan yang berbelok dan meliuk-liuk bukan pekerjaan yang mudah untuk melewatinya butuh keterampilan menyetir yang handal dan doa yang mujarab. Belum sampai separuh perjalanan kami lewati tiba-tiba “si biru” milik dodik sudah mulai ngambek. Ngadat, keluar bau gak sedap dan suara-suara aneh wah wah perasaan sudah mulai resah dan gelisah kalo gini  kuat apa gak nih si biru. Saat di tanya pemilik motor hanya memandangi dengan miris kondisi “si biru” *Maaf dik* heheh. Sedangkan “si hitam” milik evan melaju tanpa hambatan yang berarti (padahal saya sempat khawatir tentang kondisi si hitam yang sering mengkhawatirkan) *maaf van* tapi terbukti si hitam mampu melewati tanpa masalah.
Pura Mandara Giri Semeru Agung

Akhirnya dengan bantuan bulan kami pun sampai ke pos Ranupane. Suasana di pos Ranupane sangat woooww pake banget. Suasana desa yang biasanya sepi dan penuh kedamaian tiba-tiba berubah seperti layaknya ada konser lady gaga. Sebenarnya saya sudah mengetahui perihal adanya jambore yang di adakah oleh salah satu produsen alat-alat outdor ternama itu yang mengundang kontroversi karena jumlah pesertanya yang mencapai 1700-an lebih. Tidak saya sangka akan benar-benar jadi tuh jambore. Kalo sebegini banyak pesertanya bagaimana nih nasib ekosistem di TNBTS apa gak bakalan rusak pake banget. Apa bedanya sekarang hutan yang dulu sepi penuh kedamaian dengan mall yang ramai penuh sesak dengan orang-orang. Padahal kapasitas yang di perbolehkan oleh pihak TNBTS hanya sampai 600 orang per hari. Entahlah kenapa izinnya bisa keluar (semoga saat ini TNBTS masih baik-baik saja amin). Untuk sementara saya hanya bisa bengong melihat banyaknya orang di sana. 

Ranu Klakah

Setelah lewat perundingan dengan tiga teman saya akhirnya kami memilih untuk tidak meneruskan perjalanan ke Ranukumbolo. Walaupun ada raut kekecewaan dari wajah Evan dan Dodik sedangkan kancel seperti biasa “manut wae wes” alias ikut saja. Saya mengerti kekecewaan mu kawan sudah jauh-jauh dari Kediri tapi tidak bisa menikmati indahnya Ranukumbolo tapi maaf saya tidak mau ikut dan mengajak kalian ikut andil dalam kerusakan yang akan terjadi terhadap Ranukumbolo dan TNBTS kalau kita ikut bergabung dengan banyak nya pendaki seperti itu. Tenang saja Ranukumbolo tidak akan pindah
Gunung Lemongan

Akhirnya perjuangan kami untuk sampai ke Pos Ranukumbolo harus berhenti sampai di sini. Pengorbanan saat jatuh dan kaki kena knalpot “si hitam” sampai “si biru” yang sampai kehabisan oli pun hanya menjadi kenangan. Oke tapi Show must go on  masih ada kesempatan berikutnya. Karena tidak jadi ke Ranukumbolo kami pun kembali tapi sebelum itu mampir dulu ke Pura Mandara Giri Semeru Agung pura yang di anggap paling suci oleh umat hindu di Indonesia karena berada di Lereng Gunung Mahameru yang konon dewa Shiwa bertempat tinggal.
Melanjutkan perjalanan menuju Kota Lumajang kami mampir dulu di tempat berkumpulnya para “anak gaul” Lumajang berada heheh sambil minum jus dan menyusun rencana mau kemana setelah ini akhirnya kami putuskan untuk ke Gunung Lemongan saja. Pukul 2 lebih kami menuju Klakah untuk menuju pos terakhir menuju Gunung Lemongan. Tapi tak di sangka tak dinyana ternyata rumah juru kunci Lemongan yang lebih di kenal dengan nama “mbah citro” sangat ramai oleh pengunjung (dampak malam 1 suro) banyak orang yang melakukan ritual adat kejawen mungkin padahal biasanya tempat ini sepi. Khawatir akan keselamatan “si biru” dan “si hitam” akhirnya kami membatalkan niat menuju puncak Lemongan walaupun Lemongan sudah Nampak gagah berdiri di depan kami. Tapi ya sudah lah nampaknya kondisi belum memihak kepada kita kawan. Balik ke rumah saja ya tapi sebelum itu mampir ke Ranu Klakah dulu yuk menghabiskan sore yang cerah sambil mengobati kekecewaan.

16 November 2012
Ranu Bedali
                Pagi yang Indah di Ranuyoso dan karena Trip ke Ranukumbolo gagal bukan berarti hidup seakan berakhir. Masih banyak destinasi wisata yang gak kalah seru kok dan dengan bangga saya mengajak ketiga teman saya itu di Ranu paling Indah Nomer dua setelah Ranukombolo (menurut versi saya sih) mana lagi kalau bukan di Ranubedali. Pukul 7 pagi saya sudah mengajak mereka siap-siap untuk mengobati rasa kekecewaan karena gagal ke Ranukumbolo. Karena jarak yang gak begitu jauh saya mengajak mereka jalan kaki saja sekalian olahraga pagi lah.

Terapi Ikan
                Sekitar 10 menit berjalan kaki Ranubedali sudah menampakkan keindahannya dengan sedikit kabut tipis yang menyelimutinya. Tidak membuang waktu lama kami langsung menuju kolam renang sekalian mandi juga ya kan tadi belum mandi di rumah hehe. Saya sempat merasakan sensasi enak nya terapi ikan di tepi kolam sebelum akhirnya air kolam yang melambai-lambai mengajak saya untuk berenang di sana *agak lebaii sedikit sih*. Karena memori kamera digital yang kami bawa masih full maka kami tidak ingin menyia-nyia kannya donk narsis mode on hehe. Mulai dari gaya sok cool sampai melompat dari ketinggian kami coba semua dan hasilnya lumayan lah buat pemula hehe. Sudah capek berenang di kolam dan sudah kehabisan gaya juga kami langsung turun menuju danau sebelum menuju danau narsis dikit lah di air terjunnya. 

Kolam Renang Ranubedali

Air Terjun di Ranubedali
                Sampai di bawah kami langsung ada ide untuk menaiki perahu kecil nelayan atau biasa di sebut dengan “getek” yang di parkir di pinggir ranu. Sedikit takut juga sih sebenarnya takut di marahi si empunya “getek” takut juga gak bisa ngendalikan tuh perahu dan terjun ke ranu kan gak lucu. Tapi Alhamdulillah saya yang berpasangan dengan si Evan mampu mengendalikan perahu tersebut dan malah bikin ketagihan. Sekarang giliran si dodik dan kancel yang ingin merasakan sensasi naik “getek” tersebut. Dari awal sudah terlihat ketidak kompakan mereka dalam mengayuh dayung nya semua ingin menang sendiri hahah saya dan Evan hanya bisa memandangi aneh saja kepada mereka. Saat Getek yang mereka naiki sudah tak terkendali karena miss communication antara kedua pengemudinya (bahasanya agak gimana gitu ya hhehe) saya sempat memperingatkan mereka agar tidak menabrak pancing ikan milik nelayan yang ada di pinggir Ranu tapi apa jawaban dari Dodik “Tenang le aku wes S1 tidak lama kemudian maka terjadilah apa yang saya khawatirkan getek mereka menabrak pancing yang di pasang tersebut.


                Takut nelayannya tahu kalau pancingnya di rusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti kami *maaf pak nelayan ya*  maka kami segera mengakhiri perjalanan kali ini hehe. Kami langsung saja cap cuss pulang. Selamat  tinggal Ranubedali kami akan meraih mimpi untuk perjalanan selanjutnya Ranukumbolo *Tentu saja* =).  

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...