Tuesday 25 September 2012

Museum 10 November Dan Tugu Pahlawan (Surabaya Part I)

 

 Lihat judulnya sepertinya Keren kan heheh. Oke saya akan bercerita pengalaman saya berkeliling ke Tugu Palawan dan Museum sepuluh November . Konon monument tugu pahlawan dan museum sepuluh November di dirikan sebagai bentuk kebanggaan atas kemenangan arek-arek Suroboyo atas pasukan sekutu. Monumen ini setinggi 41,15 meter berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga bagi seluruh Rakyat Indonesia. 
Patung Soekarno-Hatta di pintu Gerbang
 seperti biasa perjalanan saya di temani oleh Aris dan Rookie sepertinya hanya mereka tour guide berpengalaman yang mau mengantarkan berkeliling Surabaya Big Thanks kawan =) kami berangkat dari medaeng dan langsung menuju sini. Monumen ini berada di tengah-tengah kota di Jalan Pahlawan Surabaya, dan di dekat Kantor Gubernur Jawa Timur. Tugu Pahlawan merupakan salah satu ikon Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Berdiri di atas tanah lapang seluas 1,3 hektar, dan secara administratif berada di wilayah Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya.

 Udara Surabaya yang begitu panas tidak menyurutkan langkah kami untuk berfoto di sini tentunya heheh.pose pertama yang sudah kita rencanakan dari awal berangkat adalah berfoto dengan pose hormat kepada pahlawan-pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Seperti biasa pemilik ide berpose seperti ini adalah bung Rookie dan dia terinspirasi dari film Nagabonar Jadi Dua rupanya.

Hormat 

Tugu Pahlawan

                   Udara di kota ini benar-benar sangat panas sumpah apalagi kita berjalan pada siang hari  atau saya saja yang belum terbiasa dengan hawa seperti ini atau karena saya sudah terbiasa hidup di daerah dingin ya entahlah. Tapi saya benar-benar menikmati perjalanan ini  Saya sempat melihat beberapa bagian tengah di perbaiki tapi belum tahu bangunan apa yang benar-benar di renovasi. saya sendiri pun sebenarnya belum tahu kalau ternyata di sini ada museumnya. saat kami melihat bangunan yang di renovasi tersebut tiba-tiba aris mengajak kami untuk masuk ke dalam museum 10 November. ok lets go ke Museum 10 November. Dengan tiket yang "cuma" lima ribu rupiah kami akhirnya masuk ke dalam museum tersebut.

Diorama

                 Di sini banyak terdapat barang peninggalan Bung Tomo dan barang-barang milik pejuang yang ikut mempertahankan kota surabaya dari tangan sekutu pada tanggal 10 November 1945. Disini juga terdapat diorama-diorama yang menceritakan bagian-bagian sejarah Indonesia masa lalu. Saat pertama kali kita memasuki ruangan terebut kami sempat bingung dan hanya melihat-lihat replika patung-patung tanpa mengetahui bagaimana cara memainkan diorama tersebut. Kalau cuma melihat-lihat patung-patung begini sih cepat membosankan. Sampai tanpa sengaja tangan saya menekan tombol yang ada di tengah dan tiba-tiba terdengar suara rekaman bung Tomo yang menggelora membakar semangat juang arek-arek Suroboyo.saya kira Museum merupakan salah satu destinasi wisata yang patut kita kunjungi. selain menambah wawasan kita mengunjungi museum tentu akan menambah rasa nasionalisme kita dan dapat lebih menghargai jasa-jasa pahlawan kita.

Tuesday 18 September 2012

Bukan Jalan-Jalan Biasa



17 Agustus 2012
Hari ini menjadi tanggal yang tidak biasa yah bukan karena hari ini hari kemerdekaan kita tapi karena hari ini saya akan melakukan ritual tahunan,,,, ya hari ini saya akan mudik heheh makannya ini saya sebut sebagai bukan jalan-jalan biasa. Berangkat dari lumajang habis sholat jumat saya turun di terminal Probolinggo dulu. Setelah itu langsung josss naek bus jurusan Trenggalek.
Kebodohan di mulai saat saya tidak bawa bekal buat buka puasa (saya pikir kan di terminal pasti ada yang jualan ya). Tapi karena suasana sangat padat jadilah saya tidak makan kecuali dengan buah anggur dan kacang yang saya beli di terminal Probolinggo tadi. Perjalanan dari Probolinggo sampai Malang lancar dan penumpang pun tidak terlalu padat. Tapi memasuki terminal Arjosaris sudah sangat banyak calon penumpang yang menunggu akhirnya bus pun penuh sesak oleh penumpang. Sekitar pukul 9.00 WIB saya sudah sampai di Trenggalek dan saat sampai rumah hal yang saya lakukan pertama kali adalah tentu makan.

19 Agustus 2012
Hari ini adalah hari raya bagi umat islam dan seperti ritual tahunan biasanya saya dan keluarga Sholat Ied di masjid dekat tempat tinggal Nenek. Saya merasa hari raya kali ini tidak seperti tiga tahun yang lalu (saat itu masih ada Alm. Adi dan Mbah Kung). Saat Adek Adi harus menyerah dengan Leukimia yang di deritanya dan ternyata kehilangan Adi juga membuat kesehatan mbah juga mulai terganggu. Kehilangan mereka berdua benar-benar membuat sepi saat-saat seperti ini. Tidak ada lagi guyonan khas Adi dan pelukan hangat dari mbah. Saya sangat merindukan moment-moment seperti itu tapi live must go on hidup harus berlanjut menjadi lebih baik tentunya.
Tampak Samping 

Oke sudah cukup curhatnya saat nya menceritakan hal unik di kampung halaman. Saya yang insomnia akut dan bertambah parah saat liburan kali ini mempunyai ritual lain saat malam hari. Jika malam sebelumnya saya hanya menghabiskan waktu dengan Online tengah malam dan hal-hal tidak penting maka di sini saya membantu mbah putri membuat kripik tempe. Sebenarnya tidak benar-benar membantu sih saya hanya sangat senang berada di depan tumang atau kompor jaman gak enak hehe karena mbah putri saya masih tidak berani menggunakan gas (takut meledak katanya). Tentu sambil membantu sedikit-sedikit ya gak hanya diam melongo melihat mbah saya bekerja. Sebenarnya sih kasihan juga melihat mbah yang sudah tua masih terus bekerja. Tapi mau bagaimana lagi di paksa tidak boleh bekerja pun dia tidak mau dia sangat mencintai pekerjaannya sebagai pembuat teme kripik ( yang khas dari trenggalek adalah tempe kripik dan batik Trenggaleknya). 
Tumang alias kompor jadul 

Kripik Tempe Mentah

Kripik Tempe Matang 

Enak juga sih menghabiskan malam dengan berada di depan tumang sambil menghangatkan diri tentunya dan bercerita dengan mbah putri. Karena rumah mbah saya yang masih tergolong pedesaan maka sambil melihat mbah menggoreng tempe saya kerap mendengar suara jangkrik, kodok bahkan tokek dan intensitasnya sangat sering. Bahkan sangking desanya sinya Im3 pun tidak ada -_-“. Yang saya suka di sini selain karena banyak keluarga juga karena saat habis sholat Ied maka akan banyak sekali tamu  yang akan datang ke rumah mbah saya.Oh iya desain rumah tergolong unik masih bau bau jadul lah walaupun udah banyak renovasinya. Di antara ruang tamu dan kamar di sekat bukan dengan tembok tapi  kayu jati dengan ukiran jaman dulu. Konon saat dulu mbah kakung saya sudah bosan dan ingin menjual ukiran tersebut mbah saya langsung sakit parah tapi saat ukiran tersebut di pasang di tempatnya semula kesehatannya berangsur-angsur membaik ya belive it or not lah tapi memang begitu keadaanya.
Ukiran Kuno 

Di sini juga tidak boleh tidur di kamar tengah gak tau apa sebabnya sih saat saya Tanya kenapa mbah Cuma bilang “yo jare wong-wong bien ngunu le”  (ya kata orang dulu begitu le). Katanya lagi sih zaman dulu mbah nya mbah dulu dulu kamar tengah itu tempat menaruh sesajen dan menyan-menyan gitu lah waduh kok jadi mistis-mistis gini ya tapi ya sudah lah namanya juga orang jaman dulu banget.
Ruang tengah 


20 Agustus 2012
Agenda hari ini adalah pergi ke Tulungagung berkunjung ke saudara-saudara dari Bapak. Kunjungan pertama adalah ke Rumah Bapak dulu (mbah dari bapak sudah gak ada semua). Lanjut ke keluarga besar lainnya uniknya karena saya jarang ke keluarga di tulungagung saya tidak benar-benar hafal yang mana saja saudara saya heheh. Bahkan kalaupun bertemu di jalan mungkin saya tidak tahu kalau itu adalah saudara saya maklum lah saudara jauh kan namanya. Setelah selesai semua akhirnya kami pun pulang ke trenggalek lagi.

21 Agustus 2012
Hari ini adalah hari terakhir kami di Trenggalek. Pagi pagi kami sudah bersiap-siap pulang ke Lumajang. Sebelum saya pulang mbah putri sempat meminta agar saya tinggal dulu di sini. Saya sebenarnya cukup kaget dengan permintaan tersebut karena setiap saya mau pulang tahun-tahun sebelumnya tidak pernah dia menahan saya agar tinggal lebih lama lagi. Paling tahun-tahun sebelumnya yang meminta agar tinggal lebih lama lagi adalah mbah kung. Mungkin mbah putri mulai kesepian maklum lah walaupun di situ juga ada Bagus tapi bagus tidak banyak bicara malahan lebih sering diam tidak seperti kami yang sering membuat kegaduhan heheh. Tapi saya hanya bisa menjawab “enggeh mbah kapan-kapan mawon dolan teng mriki maleh” (iya mbah kapan-kapan saja saya maen ke sini lagi. Walaupun dalam hati saya juga tidak tega.setelah semua beres akhirnya kami pun pulang ke Lumajang.
Tidak salah jika ada lagu yang menyebutkan bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga,dan mutiara tiada tara pun juga adalah keluarga I Love My Family selamat tinggal Tregngalek selamat tinggal Mbah Wait for Me ^_^. 

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...