Friday 20 April 2012

Malang – Blitar- Kediri Part I



Saya  bingung harus memberi judul apa untuk perjalanan saya kali ini. Tetapi  yang jelas seperti perjalanan-perjalanan saya yang lain tetap menarik dan berkesan. Akhir pekan ini (tanggal 17 Maret 2012) saya sengaja untuk tidak pulang kampung ke Lumajang seperti  rutinitas saya setiap minggu. Hal itu disebabkan karena saya punya rencana untuk berkeliling di Blitar dan di Kediri. Kebetulan di kedua kota tersebut saya punya teman yang cukup  akrab sehingga saya tidak bingung mencari tempat menginap dan mendapat makanan gratis heheh (kan ceritanya backpackeran).
Selamat datang di kota "Patria"
Memulai perjalanan dari malang pukul 10.24 Wib saya berangkat naik sepeda motor bersama Evan Haris teman saya mulai di kosan lama dulu. Perjalanan Malang – Blitar tidak membutuhkan waktu yang sangat lama kira-kira hanya 2 jam lebih sedikit itu pun dengan perjalanan yang tidak ngebut  (karena kami memang menikmati perjalanan selain itu karena memang rem depan motor Evan tidak berfungsi alias blong hehe).
Rumah-rumah penduduk yang memiliki pagar yang unik
 Memasuki kota Blitar saya melihat keunikan rumah-rumah penduduk. Kebanyakan rumah di sini memiliki pagar yang tidak lebih tinggi dari pinggang orang dewasa dan di tengah-tengah pasti ada seperti gapura (biasanya bergambar lambang kabupaten dan lambang provinsi) tetapi pagar ini tidak memiliki tutup/pintu yang biasanya terbuat  dari besi  sehingga semua orang bisa masuk dengan mudah. Pagar seperti ini yang saya tahu bisa juga kita jumpai di Kab. Tulungagung, Trenggalek, dan sebagian Kediri. Hal ini tidak akan pernah kita temui di kota Lumajang dan sekitarnya. Setelah perjalanan kira-kira 2 jam pukul 12.21 wib kami sampai di rumah teman saya yang bernama  Danang di Blitar.
Patung Bung Karno
Setelah beristirahat sekitar pukul 16.11 Wib kami bertiga menuju makam bung Karno.Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan siapa bung Karno itu karena semua itu karena semua warga negara Indonesia pasti sudah tahu siapa beliau. Menyusuri kota Blitar di sore hari dengan Guide profesional asli Blitar sangat menyenagkan. Sepanjang jalan saya di beritahu  tempat-tempat bersejarah. Saya juga di beritahu bahwa di Blitar juga ada kampus UM (Universitas Negeri Malang). Saya sempat bertanya tentang arti dari “Blitar kota Patria” tetapi rupanya yang di tanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.
Gambar Bung Karno yang memintarestu ibunya

Kampus UM di Blitar
Saya sedikit kecewa ketika sampai di perpustakaan makam Bung Karno (yang katanya  perpustakaan terbesar no 2 di Indonesia) ternyata sudah tutup. Karena kita memang datang telah sore. Selanjutnya kita melanjutkan perjalanan berkeliling di area makam Bung Karno. Di sini juga ada gong perdamaian dunia (world peace gong) walaupun saya tidak percaya dengan adanya gong tersebut karena meskipun ada 10.000 gong serupa tidak akan menghentikan peperangan di dunia ini. Tetapi saya tetap mengapresiasi keberadaan gong tersebut karena itu berarti telah ada niat baik untuk menjaga kedamaian dunia.
World Peace gong
Puas berkeliling di area makam Bung Karno kami melanjutkan perjalanan ke candi penataran. Menurut teman saya yang kuliah di jurusan sejarah Universitas Negeri Malang Jefry Fendi  Saputra candi penataran adalah candi peninggalan tiga kerajaan besar di Indonesia yaitu kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari dan kerajaan Majapahit. Pembangunan candi ini di awali oleh kerajaan kediri tetapi belum sempat menyelesaikan bangunan ini kerajaan kediri sudah runtuh karena serangan dari kerajaan Singosari. Seperti halnya kerajaan kediri kerajaan Singosari juga runtuh sebelum menyelesaikan pembangunan candi ini sehingga pembangunannya di lanjutkan oleh kerajaan Majapahit. Di depan komplek candi Penataran kami di sambut oleh 2 buah patung “Retjo Pentung” 2 buah patung yang selalu ada di bangunan-bangunan bersejarah.
Patung "Retjo Pentung"
Karena hari sudah mulai petang kami pulang dahulu. Ditengah perjalanan kami mampir dulu di toko baju bekas yang biasa di sebut dengan toko “babibu” ada sedikit kejadian lucu ketika danang di kira penjaga toko tersebut (muka dan dandanan danang cukup meyakinkan untuk menjadi pelayan toko tersebut mungkin hahah). Karena hujan deras dan angin kencang kami mampir dulu di warung bakso. Saya juga sempat mengunjungi rumah yang dulu di tempati Bung Karno yang kini telah di beli oleh pemkot Blitar dan kini di jadi museum. Sekitar pukul 18.30 wib kami pulang Evan kembali ke rumahnya sendiri karena bajunya basah kuyup. Setelah mandi pukul 20.06 wib kami pergi ke rumah teman Danang dan di situ sudah berkumpul teman teman Danang dan Evan.
Komplek candi Penataran
Pintu gerbang candi Penataran
Sebenarnya saya masih memiliki beberapa teman lagi di Blita. Sekitar pukul 22.00 wib saya pergi untuk “ngopi” bersama Danang, Evan dan teman satu kelas saya bernama Sinchan. Shincan mengajak kami  menuju tempat ngopi yang menarik. Ternyata dia mengajak kami ke parkiran makam Bung Karno. Yang lebih mengejutkan lagi ternyata di sana ada pertunjukan layar tancap dan film yang di putar adalah film yang pemeran utamanya adalah Benyamin S. Sayangnya saat kami sampai filmnya sudah mau habis. Di Blitar saya banyak menemukan peninggalan-peninggalan sejarah bangsa Indonesia mulai dari jejak kerajaan-kerajaan di Indonesia yang berupa candi-candi, makam proklamator bangsa Indonesia dan cerita-cerita yang terdapat dalam film-film zaman dahulu. Karena hari sudah mulai larut malam akhirnya kami pulang karena besok saya harus melanjutkan perjalanan menuju Kediri

Artikel Selanjutnya : Malang – Blitar- Kediri Part II

Monday 2 April 2012

Gunung Penaggungan, Aka Gunung Pawitra, Miniatur Mahameru


Perjalanan di mulai tanggal 4 Maret 2012 dari Surabaya. Pukul 10.09 kami start dari Medaeng menuju pos perijinan di kecamatan Trawas Kab. Mojokerto. Ditengah perjalanan dari Surabaya melewati Sidoarjo dan Pasuruan kami berpapasan dengan pendukung kesebelasan Persebaya Surabaya, para Bonek ini akan menyaksikan pertandingan Persebaya Vs Arema Indonesia. Derby Jawa Timur yang penuh dengan gengsi yang di selenggarakan di Gelora Bung Tomo.
Pos perijinan G. Penanggungan

jalan setapak 
     


Jalan menuju puncak

Pukul 12.05 kami sampai di pos perijinan. Setelah istirahat sebentar  dan menitipkan sepeda motor kami berangkat menuju puncak penanggungan. Tidak berapa lama kami berjalan tiba-tiba ada sebuah pick up tua milik warga sekitar yang hendak mengambil kayu (kalau saya lihat hutan disekitar penanggungan adalah hutan produksi. Pohon-pohon disini lebih berupa pohon produksi, selain itu ada juga pohon durian dan perkebunan tebu).

Aris Daeng beristirahat



Hampir sepuluh menit kami menumpang akhirnya kami turun karena pick up nya akan berbelok arah. Jalan menuju puncak langsung menanjak dengan jalan yang terdiri dari tanah-tanah dan batu-batu cadas. Pukul 15.35 samapi didataran yang semula kami kira adalah puncak penanggungan tapi ternyata hanya puncak bayangan. Awalnya kami akan mendirikan tenda disitu tetapi teman-teman yang lain memutuskan untuk meneruskan perjalanan, karena cuaca juga masih cerah. Sekitar 20 menit kami berjalan hujan mulai turun walaupun tidak terlalu deras. Setelah berjalan terus kami menemukan sebuah gua (sebenarnya hanya sebuah  batu yang sangat besar yang menumpuk pada batu yang lain yang juga sangat besar sehingga membentuk gua)
Berada di rumah "Gua"
Setelah hujan cukup reda kami melanjutkan perjalanan. Kira-kira pukul 16.25 Wib akhirnya kami sampai di puncak gunung penanggungan. Awalnya kami sempat mengira jika puncak ini juga  merupakan puncak bayangan. Kabut yang sangat tebal membuat kami kesulitan untuk memastikan itu benar-benar puncak penanggungan atau bukan jarak pandag saat itu tidak lebih dari 4 meter saja. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat yang baik untuk mendirikan tenda dahulu . Tapi rupanya tidak ada tempat yang cocok untuk membuat tenda karena rute dari tadi hanya berupa lereng-lereng yang  tidak memungkinkan untuk mendirikan tempat berteduh. Untuk mendirikan tenda jga sangat tidak memungkinkan. Karena cuaca yang buruk (takut ada petir yang mampir ke tenda kami) akhir nya kami putuskan bahwa kami harus kembali turun. Ada dua opsi pilihan pertama kembali ke puncak bayangan atau hanya di gua tadi. Saya lebih memilih untuk kembali ke gua saja karena kalau kita harus kembali ke puncak bayangan akan membuang banyak tenaga karena jaraknya sangat jauh.


 Setelah membersihkan gua dan menata tempat tersebut senyaman mungkin meskipun tidak akan senyaman di rumah sendiri hehe ^_^. Ditemani alunan lagu must have been love nya ROXETEE (trendding topic perjalanan kali ini selain lagu iwak peyek dan GBT) Kami membuat hidangan makan malam. Dengan sedikit usaha akhirnya jadilah nasi "galau" dan kopi panas untuk hidangan makan malam ini. Penanggung jawabnya adalah cheff Rookie Arnolds yang tanpa sepengetahuan saya dan Aris dia rupanya telah memberikan sentuhan magic nya yang membuat nasinya menjadi "galau" dan gosong hahah just kidding bro.
Tiga pendaki tangguh


Ketika akan memulai makan malam ada dua orang pendaki lain yang datang dalam kondisi basah kuyup mampir ke "rumah gua" kami. Sesuai dengan azaz kemanusiaan akhirnya kami menawari mereka untuk makan bersama kami. Tetapi tampaknya mereka ragu untuk mencobanya takut di racuni rupanya haha, walaupun akhirnya habis juga. Malam hari kami lewatkan dengan melihat kelap kelip lampu kkota yangsepertinya sangat kecil. Tetapi pemandangan saat itu sangat indah. Dihadapan kami juga berdiri gagah dua gunung yaitu gunung Arjuno dan gunung Welirang (perjalanan selanjutnya  saya ingin menikmati pemandangan dari puncak kedua gunung tersebut). Kami benar-benar menikmati keindahan ciptaan Allah SWT.
Kebaikan mengalahkan kemungkaran

Ditemani secangkir kopi hangat, beberapa batang Mild dan camilan yang benar-benar nikmat (karena tida ada yang jualan lagi di gunung heheh) kami banyak bercerita tentang pengalaman kami masing-masing. Aris yang bercerita tentang betapa nakalnya dia saat masih sekolah dulu. Tentang kebiasaan merokok saat bolos sekolah sampai dia di kasih rokok paling enak oleh gurunya hehehe (sayangnya saya rupa nama rokok tersebut) dan yang paling seru adalah kisah cintanya yang bagaikan novel (fight for your choice kawan heheh) . Rookie yang harus melawan tirani penguasa dalam keluarganya. Perjuangannya untuk mencari kebebasan. semoga om kamu yang katamu adalah pendeta tidak mengutukmu kawan hahah. Kisah cintanya yang  tidak jelas (makanya dia lebih memilih menjalani hari-harinya sekarang dengan hamster kesayangannya hahah ^_^ (Sorry rok saya harus menyampaikan kebenaran kepada masyarakat luas). Saya sendiri tidak banya bercerita karena masa kecil saya sudah sangat bahagia dan tidak banyak cerita konyol yang layak untuk di bahas haha (benar-benar objektivitas penulis harus di pertanyakan) dan sedikit tentang "dia". Ketika kabut mulai turun dan hujan juga ikut bersamanya akhirnya kami tidur di "rumah gua" kami lagi.

Puncak Penanggungan

 
Terbangun karena tetesan air hujan dari atas gua saya tida bisa menikmati matahari terbit karena kabut yang terlalu tebal menutupi pandangan kami. Pukul 07.52 wib kami kembali menuju puncak penanggungan hanya sekedar melihat karena di puncak masih tetap berkabut dan hujan. Tentang puncak penanggungan memang benar yang kemarin. Jadi yang kemarin bukan puncak bayangan lagi. Pukul 10.05 wib akhirnya kami turun dan sampai di pos perizinan pukul 12.05 wib. Kami hanya sebentar saja beriistirahat karena rencananya kami akan mampir dulu ke pemandian air panas pacet.

DILEMA QUARTER LIFE CRISIS

di usia mu yang menginjak dua puluh tahunan apalagi yang sudah dua puluh lima tahun  kamu pasti merasakan hal-hal yang serba dilematis, d...